Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Dolar AS Menguat, Rupiah Mampu Melawan

Nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 0,17 persen atau 25 poin ke level Rp14.710 per dolar AS pada Rabu (7/10/2020) pukul 09.03 WIB.
Karyawati menunjukan Uang Rupiah dan Dollar AS di salah satu kantor cabang Bank BNI di Jakarta, Kamis (3/9/2020).  Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawati menunjukan Uang Rupiah dan Dollar AS di salah satu kantor cabang Bank BNI di Jakarta, Kamis (3/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah hanya mampu naik tipis pada pembukaan perdagangan hari ini dikarenakan dolar AS yang juga ikut menguat. Kenaikan nilai tukar rupiah menandai penguatannya selama tiga hari berturut-turut pada pekan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 0,17 persen atau 25 poin ke level Rp14.710 per dolar AS pada Rabu (7/10/2020) pukul 09.03 WIB. Pada saat bersamaan, indeks dolar AS terpantau menguat lebih tinggi yakni 0,2 persen menjadi 93,869.

Adapun, berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (6/10/2020), rupiah parkir di level Rp14.735 per dolar AS, naik 0,44 persen dan berhasil memimpin penguatan penguatan mata uang Asia di tengah pelemahan dolar AS.

Kinerja rupiah itu berada di atas baht dan won yang hanya mampu menguat 0,2 persen, dan mengungguli dolar Taiwan yang hanya naik 0,13 persen.

Adapun, dalam perdagangan kemarin, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama ditutup pada posisi 93,686.

Direktur strategi portofolio di EP Wealth Advisors Adam Phillips mengatakan bahwa keputusan investor akan sangat dipengaruhi stimulus fiskal dari Pemerintahan AS yang telah dinantikan lama.

Pasalnya, dalam beberapa bulan terakhir perundingan stimulus tersebut tampak buntu kendati data ekonomi AS terus menunjukkan pelemahan.

Penggelontoran stimulus fiskal tersebut akan mengurangi minat investor terhadap dolar AS sebagai aset safe haven sehingga memungkinkan investor berpihak terhadap aset berisiko, seperti mata uang pasar berkembang.

“Karena, semakin sulit untuk menolak kebutuhan akan dukungan fiskal tambahan saat ini,” tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (6/10/2020).

Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa penguatan rupiah menjadi terbatas seiring dengan sentimen penolakan pengesahan UU Cipta Kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper