Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tepati Janji, Arab Saudi Ogah Kerek Produksi Minyak

Produksi minyak harian Arab Saudi selalu di bawah 9 juta barel sejak Mei 2020, menyusul kesepakatan dengan produsen minyak lain untuk menjaga pasokan guna mencegah kejatuhan harga minyak.
Tangki minyak Aramco terlihat di fasilitas produksi di ladang minyak Saudi Aramco di Shaybah, Arab Saudi, Selasa (22/5/2018)./Reuters
Tangki minyak Aramco terlihat di fasilitas produksi di ladang minyak Saudi Aramco di Shaybah, Arab Saudi, Selasa (22/5/2018)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi mempertahankan jumlah produksi minyak hariannya pada September 2020.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (5/10/2020), jumlah produksi minyak harian Arab Saudi tercatat sebesar 8,974 juta barel. Angka itu tidak berbeda jauh dibandingkan dengan pada Agustus 2020 di angka 8.988 juta barel per hari.

Sementara itu, angka ekspor minyak Arab Saudi naik tipis menjadi 6,1 juta barel dari catatan Agustus 2020 senilai 6 juta barel.

Arab Saudi telah memangkas produksi minyak hariannya sejak Mei lalu seiring dengan kesepakatan pengurangan output dengan organisasi negara-negara pengekspor minyak atau OPEC+. Berdasarkan kesepakatan itu, target produksi minyak harian Arab Saudi harus berada dibawah 9 juta barel per hari.

Dengan harga minyak Brent yang berada dibawah US$40 seiring dengan pemberlakukan kembali pembatasan pergerakan manusia, aliansi pengekspor minyak ini kian tertekan untuk tetap memegang janji pemangkasan produksi. Negara-negara pemimpin OPEC+, di antaranya Rusia dan Arab Saudi telah menepati janjinya.

Meski demikian, sejumlah negara seperti Irak, Uni Emirat Arab, dan Nigeria sempat memompa minyak melebihi kesepakatan yang telah tercapai. OPEC+ rencananya akan menggelar pertemuan pada 30 November hingga 1 Desember mendatang untuk mengkaji kembali kebijakan pemangkasan produksi tersebut.

Setelah musim panas usai, hasil produksi minyak Arab Saudi umumnya lebih banyak diekspor ke negara lain seiring dengan penurunan konsumsi minyak domestik. 

Negara tersebut membakar langsung minyak mentah yang telah diproduksi ke sejumlah pembangkit listrik guna mengejar permintaan tenaga yang melonjak karena penggunaan pendingin ruangan yang juga melesat tajam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper