Bisnis.com, JAKARTA—Harga minyak anjlok ke level terendah sejak Juni setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump positif Covid-19. Kondisi tersebut diperparah dengan pelemahan pasar tenaga kerja yang semakin meningkatkan kekhawatiran pasar.
Berdasarkan data Bloomberg pada penutupan pasar Jumat (2/10/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di bursa berjangka New York Mercantile Exchange untuk pengiriman bulan November 2020 jatuh 4,31 persen ke level US$37,05 per barel.
Pun, harga minyak Brent di bursa ICE untuk kontrak bulan Desember 2020 juga anjlok 4,06 persen ke level harga US$39,27 per barel.
Kondisi tersebut menyusul kabar mengenai Trump dan istrinya yang positif Covid-19 yang diumumkannya sendiri melalui akun Twitternya pada Jumat (2/10/2020) waktu setempat.
Seperti dilansir dari Bloomberg, Trump dikabarkan mengalami gejala ringan. Diagnosis tersebut menambah tingkat ketidakpastian pada pasar yang masih berusaha bangkit dari efek pandemi global.
Di sisi lain, angka tenaga kerja AS melambat pada bulan September dan banyak orang Amerika berhenti mencari pekerjaan. Alhasil kondisi tersebut makin memperparah keadaan ekonomi yang tengah goyah.
Adapun, Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan negosiasi tentang stimulus baru dengan Gedung Putih akan terus berlanjut. Meski demikian, kedua belah pihak jauh berbeda dalam hal jumlah bantuan.
Mitra di Again Capital LLC John Kilduff mengatakan diagnosis Presiden Trump yang positif membuat sinyal bahwa Covid-19 tengah kembali bangkit dan belum benar-benar teratasi semakin nyata.
“Ini akan menyebabkan orang-orang menahan diri lagi dan sangat berhati-hati saat bepergian. Itu sangat negatif untuk permintaan minyak bumi," katanya, seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (4/10/2020)
Harga minyak mentah terus merayap di awal Oktober setelah mengalami penurunan di bulan September. Apalagi tingkat permintaan juga masih belum pulih seiring dengan melimpahnya pasokan dari OPEC.
Seperti diketahui, Rusia menaikkan produksi minyak mentah dan kondensatnya bulan lalu, sedangkan ekspor minyak Arab Saudi melonjak ke level tertinggi empat bulan pada September.
Sementara itu, pemerintah di seluruh dunia sedang berjuang untuk mengendalikan penyebaran virus. Di Inggris Raya, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan dia tidak akan ragu untuk memberlakukan pembatasan baru karena pemerintah di seluruh Eropa memperketat tindakan.
Paris juga dapat menutup bar dan restoran lagi dan pembatasan tambahan pada pergerakan diberlakukan di Madrid. Di AS, South Dakota mencetak rekor dalam kasus dan kematian terkait virus, dan rata-rata kasus virus harian di New York City berada di level tertinggi sejak Juni.
President of Strategic Energy & Economic Research Michael Lyncg mengatakan kekhawatiran mengenai gelombang kedua pandemi Covid-19 menyebabkan perlambatan permintaan minyak gelombang kedua.
“Terlihat dari data ketenagakerjaan AS yang seakan menggambarkan bahwa ‘tak seperti bulan lalu, sekarang kami tidak keluar dari hutan,” ujarnya.