Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia turun mendekati level di bawah US$40 per barel seiring dengan kekhawatiran pasar akan lonjakan produksi minyak di Libya. Negeri yang pernah dipimpin Moammar Khadafi itu menggenjot produksi minyak setelah beberapa pelabuha kembali dibuka.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (28/9/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan November 2020 turun 0,5 persen ke level US$40,04 per barel pada New York Mercantile Exchange hingga pukul 09.04 waktu Singapura.
Selain itu, harga minyak Brent untuk kontrak bulan November 2020 terpantau turun 0,4 persen pada harga US$41,77 per barel pada bursa berjangka Eropa ICE. Sebelumnya, minyak Brent turun 2 sen pada penutupan perdagangan pekan lalu.
Pergerakan minyak dunia mulai mereda setelah sempat menembus US$43 per barel pada akhir Agustus. Menteri Energi Rusia Alexander Novak, pada Minggu lalu mengatakan permintaan minyak dunia akan terkoreksi 10 persen pada tahun 2020 dan pemulihan harga akan terjadi secara bertahap dan dalam jangka waktu panjang.
Anggota Komite Eksekutif Vitol Chris Bake mengatakan, harga minyak akan sulit naik pada kuartal IV/2020 karena perlambatan pemulihan permintaan minyak dunia. Hal ini disebabkan oleh lonjakan kasus positif virus corona yang berimbas pada pembatasan kegiatan ekonomi.
Bake melanjutkan, pengilangan minyak global saat ini sangat tertekan dan pasar tengah menghadapi isu melimpahnya stok minyak. Ia menambahkan, tingkat permintaan juga akan semakin dipenuhi ketidakpastian.
Sementara itu, tingkat produksi minyak Libya melonjak hampir tiga kali lipat menjadi sekitar 250 ribu barel per hari. Angka ini diperkirakan akan terus naik seiring dengan pembukaan kembali pelabuhan pengangkutan minyak di negara tersebut.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak, atau OPEC+ sebelumnya telah menambah pasokan minyak dunia secara bertahap pada Agustus lalu. Lonjakan pasokan dari Libya yang terjadi secara tiba-tiba diperkirakan akan kembali menekan harga minyak.
Perusahaan minyak Libya, National Oil Corp, saat ini tengah mengevaluasi keamanan pada empat pelabuhan pengangkutan minyak, termasuk Zawiya, untuk membuka kembali kegiatan bongkar muat minyak.