Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UU Bank Indonesia Mau Direvisi, Rupiah Terkapar Lagi

Nilai tukar rupiah di pasar spot turun 0,58 persen menjadi Rp14.785 per dolar AS. Rencana revisi Undang-undang Bank Indonesia dinilai menjadi sentimen negatif karena dikhatirkan menganggu independensi bank sentral.
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (22/9/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot turun 0,58 persen menjadi Rp14.785 per dolar AS. Adapun kemarin rupiah ditutup menguat 0,24 persen atau 35 poin menjadi Rp14.700 per dolar AS.

Pagi ini rupiah dibuka pada level Rp14.700 per dolar AS dan sepanjang hari perdagangan bergerak pada kisaran Rp14/700-Rp14.811 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia mencatat rupiah melemah 0,40 persen menjadi Rp14.782 per dolar AS.

Indeks dolar AS di sisi lain menguat 0,11 persen menjadi 93.756 pada Selasa (22/9/2020) pukul 15.38 WIB.Indeks yang mengukur kekuatan mata uang AS terhadap beberapa mata uang utama dunia itu mencetak reli dalam kecepatan tertingginya sejak Juni 2020.

Imbas dari penguatan dolar, mayoritas mata uang Asia mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, dipimpin won Korea Selatan sebesar 0,60 persen ; kemudian disusul rupiah yang terkoreksi 0,58 persen. 

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah hari ini tertekan oleh wacana amandemen UU Bank Indonesia yang membuat investor khawatir mengenai independensi bank sentral.

“Pasar kembali kecewa dan berimbas terhadap aliran modal asing dilaporkan mulai keluar dari pasar valas, obligasi dan Surat Utang Negara (SUN), yang tentunya bisa memberikan efek negatif ke pasar keuangan,” kata Ibrahim, Selasa (22/9/2020).

Selain itu, Ibrahim menambahkan, permintaan valas korporasi yang meningkat menjelang akhir kuartal III/2020 juga membebani pergerakan rupiah. 

Adapun, perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia yang memerlukan dolar AS akan menjual rupiah untuk melakukan pembayaran utang, dividen, dan lainnya.

Investor tampak kembali mengoleksi dolar AS sebagai aset safe haven karena isu kekosongan kursi Hakim Agung di Negeri Paman Sam menambah kekhawatiran terhadap Pemilu AS yang akan diselenggarakan pada November. 

“Persaingan mengenai posisi di Mahkamah Agung mengurangi waktu pembahasan stimulus sehingga saham-saham turun serta pasar memburu obligasi dan dolar AS,” kata Head of Metals Derivatives Trading BMO Capital Markets Tai Wong, seperti dikutip Bloomberg pada Selasa (22/9/2020).

Di sisi lain, Indonesia diperkirakan bakal mengalami resesi setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III/2020 akan negatif.

Dalam konferensi pers APBN Kita September virtual Selasa (22/9/2020), Sri Mulyani mengungkapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan minus 2,9 persen—1,0 persen pada kuartal III/2020. Angka itu direvisi dari proyeksi sebelumnya minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper