Bisnis.com, JAKARTA — Nilai penjualan sukuk negara ritel seri SR013 terus menanjak, bahkan telah jauh melampaui total penjualan seri sebelumnya, SR012. Kondisi pandemi dinilai menjadi faktor pendorong.
Berdasarkan data yang dilansir dari salah satu mitra distribusi daring per Senin (21/9/2020) pukul 17.00 atau hari ke 25 masa penawaran, penjualan SR013 telah menyentuh Rp18,37 triliun.
Sementara sisa batas pemesanan tercantum Rp1,62 triliun. Pun, target pemesanan kini kembali naik, yakni dipatok di angka Rp20 triliun.
Realisasi penjualan hingga saat ini telah melewati target kuota sebelumnya yakni Rp12 triliun. Bahkan, awalnya pemerintah dan para mitra distribusi hanya menargetkan sukuk ini bisa terual sekitar Rp5 triliun.
Di sisi lain, realisasi penjualan SR013 juga telah jauh melampaui realisasi penjualan Sukuk Negara Ritel seri sebelumnya yang ditawarkan pada awal tahun ini, SR012, yang mencapai Rp12,14 triliun.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan minat terhadap SR013 terbilang tinggi karena saat ini investor tak memiliki banyak pilihan instrumen investasi, berbeda dengan periode ketika SR012 dilepas ke pasar.
Baca Juga
“SR012 kan pas baru pandemi ya, sekitar Maret. Waktu itu bunga deposito juga masih tinggi,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (12/9/2020)
Sebagai informasi, masa penawaran SR012 adalah 24 Februari hingga 18 Maret 2020. Adapun kupon yang ditawarkan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan SR013 yakni sebesar 6,30 persen, sedangkan tenornya sama-sama 3 tahun.
Handy mengatakan imbal hasil yang ditawarkan sukuk ritel satu ini terbilang menarik, terutama di tengah turunnya suku bunga deposito akibat likuiditas yang melimpah di perbankan.
“Likuiditas rupiah tinggi sehingga suku bunga deposito trennya turun. Ini mendorong demand untuk obligasi,” tambah Handy.
Apalagi, ujarnya, tren suku bunga rendah masih akan berlanjut dengan adanya pandemi Covid-19. Tren ini juga tak hanya terjadi di Indonesia melainkan secara global karena bank sentral di berbagai belahan dunia kompak memangkas suku bunga acuan.
Selain itu, Handy menilai tingkat volatilitas yang masih tinggi akibat ketidakpastian mengenai penanganan pandemi dan perkembangan vaksin membuat investor lebih memilih investasi dengan risiko rendah.
“SR013 ini memberikan kriteria tersebut: tenor pendek, yield menarik, risiko kredit bisa dibilang nol karena pemerintah yang jadi issuer-nya,” tutur dia.
Handy optimistis penjualan SR013 bisa mencapai target barunya yakni Rp20 triliun. Sebagai perbandingan, dia melihat realisasi penjualan ORI017 pada Juli lalu yang mencapai Rp18,34 triliun.
“Mungkin juga sih [tembus] kalau misalnya investor ada yang shifting dari ORI017 ke SR013. ORI017 kan harganya sudah premium di secondary market karena kuponnya waktu itu masih 6,4 persen,” paparnya.