Bisnis.com, JAKARTA — Setelah dua sesi sebelumnya menguat signifikan, indeks harga saham gabungan tertekan akibat aksi jual dan respons pasar terhadap data neraca perdagangan.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 1,18 persen atau 60,96 poin ke level 5.100.86 pada akhir sesi Selasa (15/9/2020). Laju indeks harus tersungkur setelah mampu rebound dalam dua perdagangan sebelumnya.
Sepanjang sesi, tercatat sebanyak 133 saham menguat, 296 terkoreksi, dan 148 stagnan. Total nilai transaksi saham senilai Rp8,01 triliun di seluruh papan perdagangan dengan net sell investor asing Rp1,11 triliun.
Investor asing paling banyak melepas saham BBCA dengan net sell Rp564,9 miliar. Saham BBCA pun anjlok 3,14 persen atau 950 poin menuju Rp29.300
Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan koreksi IHSG terjadi setelah meningkat signifikan kemarin. Selain itu, pasar merespons data ekspor-impor dari BPS.
"Market naik banyak kemarin dan ada data ekspor dan impor yang kemungkinan direspons negatif oleh pasar," paparnya, Selasa (15/9/2020).
Baca Juga
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Agustus 2020 mengalami surplus US$2,33 miliar, lebih rendah dari sebelumnya US$3,26 miliar pada Juli 2020.
Adapun, nilai ini diperoleh dari posisi nilai ekspor US$13,07 miliar yang lebih tinggi dibandingkan impor yang mencapai US$10,74 miliar selama Agustus 2020.
Namun, secara tahunan, pada Agustus 2020 ekspor turun 8,36 persen year on year (yoy), sedangkan impor anjlok 24,19 persen yoy.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan kinerja surplus neraca perdagangan per Agustus lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya. Sentimen itu menjadi penekan laju IHSG pada sesi pertama Selasa (15/9/2020).
“[Surplus neraca perdagangan lebih rendah] sehingga menyebabkan terjadinya aksi profit taking,” ujarnya.