Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Resmi Stock Split, Harga Saham Sido Muncul (SIDO) Berbeda Mulai Senin (14/9)

SIDO akan melakukan stock split dengan rasio 1:2, sehingga jumlah saham beredar SIDO sebanyak 15 miliar saham akan bertambah menjadi 30 miliar saham
Aktivitas di pabrik pembuatan jamu Sido Muncul./sidomuncul.co.id
Aktivitas di pabrik pembuatan jamu Sido Muncul./sidomuncul.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk., akan memulai perdagangan saham dengan nominal baru Rp50 di pasar reguler dan pasar negosiasi pada Senin (14/9/2020).

Hal itu terlaksana pasca realisasi pemecahan nilai nominal saham atau stock split. Adapun, akhir perdagangan saham dengan nominal lama yakni Rp100 per saham di pasar reguler dan pasar negosiasi terakhir pada 11 September 2020.

Sementara itu, untuk perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar tunai akan berlangsung pada Rabu (16/9/2020).

Untuk diketahui, emiten berkode efek SIDO itu akan melakukan stock split dengan rasio 1:2, sehingga jumlah saham beredar SIDO sebanyak 15 miliar saham akan bertambah menjadi 30 miliar saham setelah stock split.

Berdasarkan data Bloomberg, pada akhir perdagangan Jumat (11/9/2020) saham SIDO terparkir di level Rp1.495, naik 7,94 persen daripada perdagangan sebelumnya.

Dengan demikian, berdasarkan harga teoretis untuk pedoman tawar menawar dan perhitungan Indeks Harga Saham di Bursa Efek Indonesia harga saham SIDO setelah stock split berada di kisaran Rp747,5 per saham.

Direktur Keuangan Sido Muncul Leonard menjelaskan bahwa aksi stock split tersebut dilakukan untuk dapat meningkatkan likuiditas.

“Tujuannya [stock split] adalah meningkatkan likuiditas supaya banyak investor ritel lainnya bisa investasi di SIDO,” kata Leonard dalam paparan publik perseroan yang difasilitasi oleh Bursa Efek Indonesia, Kamis (27/8/2020).

Di sisi lain, dalam beberapa perdagangan terakhir saham-saham farmasi kerap menjadi penghuni jajaran top gainers dalam indeks harga saham gabungan (IHSG) seiring dengan sentimen perkembangan vaksin Covid-19.

Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan pelaku pasar memang sangat responsif menanggapi pemberitaan mengenai perkembangan rencana produksi massal vaksin Covid-19 dalam negeri yang telah masuk tahapan uji coba.

Ia menilai, emiten farmasi dengan kinerja keuangan yang cukup stabil seperti PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) dan SIDO sebenarnya jauh lebih prospektif dibandingkan dengan emiten farmasi milik negara, seperti PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dan PT Indofarma Tbk. (INAF).

"Hanya saja mereka (KLBF dan SIDO) tidak banyak mendapat proyek pengembangan vaksin pemerintah," ujar Lanjar kepada Bisnis, Selasa (8/9/2020).

Senada, analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan bahwa di tengah volatilitas pergerakan saham emiten farmasi, saham KLBF dan SIDO memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan bertransaksi saham KAEF dan INAF.

“Keduanya (KLBF dan SIDO) memiliki growth yang stabil dan konsisten, margin yang lebih baik. Profitabilitas juga lebih baik terlihat dari ROA dan ROE-nya, serta lebih kuat secara balance sheet dengan posisi terakhirnya net cash,” ungkap Zamzami kepada Bisnis, Selasa (8/9/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper