Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah menuju koreksi terendah dalam sepekan sejak pertengahan Juni 2020 menyusul penguatan dolar AS, prospek kenaikan pasokan, dan turunnya permintaan.
Mengutip Bloomberg pada Jumat (4/9/2020), harga minyak WTI kontrak pengiriman Oktober turun 19 sen menjadi US$41,17 per barel di New York Merchantile Exchange pukul 8.12 pagi Sydney, Australia.
Sedangkan harga minyak Brent kontrak pengiriman November terdepresiasi 36 sen dan mengakhiri sesi perdagangan pada level US$44,07 per barel.
Head of Global Commodity Strategy TD Securities Bart Melek menilai koreksi yang dalam di pasar saham baru-baru ini mencerminkan risiko investor yang ingin mengurangi risiko. Hal ini pun berdampak terhadap pergerakan harga minyak.
“Pada saat yang sama, kami melanjutkan respons terhadap kekhawatiran bahwa pasokan minyak tetap tinggi daripada yang diantisipasi,” kata Melek seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (4/9/2020).
Setelah empat bulan reli, harga acuan minyak berjangka di AS melemah pada awal September karena permintaan mulai berkurang seiring dengan masuknya masa pemeliharaan kilang.
Baca Juga
Pemeliharaan fasilitas kilang akan membuat permintaan turun dan marjin laba produsen minyak akan melemah ke level terendah.
Pemulihan ekonomi global pasca pandemi juga masih berlangsung, tetapi beberapa daerah yang telah membuka diri dari lockdown tetap memiliki tantangan gelombang penyebaran yang baru.
“Jika marjin pengilangan tetap rendah, akan ada alasan untuk memperpanjang kebijakan pembalikan arah sekarang ini, karena potensi biaya peluang [opportunity cost] untuk turun tidak terlalu besar,” kata Energy Equity Analyst CFRA Research.
Dari sisi penawaran, negara-negara OPEC+ sudah mengurangi produksi sejak Agustus. Namun, Arab Saudi masih meningkatkan produksi melebihi 400.000 barel per hari dalam sebulan.
Belum lagi, sinyal yang diberikan Irak untuk memperpanjang masa kompensasi pemangkasan minyak yang lebih banyak karena “curang” pada awal tahun ini menambah kekhawatiran pasokan minyak