Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham emiten farmasi tampak sudah mulai menyesuaikan valuasi harganya pada perdagangan awal bulan ini.
Setelah harga sahamnya melonjak tajam pada awal Agustus lalu terpantik sentimen vaksin, mayoritas harga saham emiten farmasi mencatatkan koreksi selama perdagangan akhir Agustus lalu.
Dari 10 emiten farmasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), enam di antaranya terpantau parkir di zona hijau hingga akhir sesi pertama perdagangan pada hari ini, Selasa (1/9/2020).
Berdasarkan persentase, saham PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA) terpantau mengalami penguatan dengan persentase kenaikan tertinggi di antara semua emiten farmasi yakni sebesar 1,78 persen atau 15 poin ke level Rp860.
Penguatan saham PYFA juga disusul oleh emiten farmasi milik negara PT Indofarma Tbk. (INAF) dengan kenaikan harga saham sebesar 1,63 persen atau 50 poin ke level Rp3.110.
Adapun, PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) yang juga terpantau mengalami penguatan harga saham dan menjadi emiten farmasi yang paling banyak ditransaksikan dengan nilai nominal transaksi mencapai Rp54,77 miliar pada sesi pertama perdagangan hari ini.
Baca Juga
Secara keseluruhan, ketiga emiten tersebut kompak mengalami koreksi yang dimulai pada Selasa (25/8/2020) dan berakhir pada Senin (31/8/2020). Dilihat dari data mingguan, saham PYFA sudah terkoreksi 10,88 persen sedang INAF dan KAEF masing-masing sudah terkoreksi sebesar 8,26 persen dan 8,88 persen.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai penguatan harga saham emiten farmasi memang sangat bergantung pada sentimen pemberitaan yang bergulir.
“Memang pemberitaan pengembangan vaksin membuat harga saham farmasi meroket. Itu saya akui. Tapi seiring dengan tidak adanya pemberitaan secara masif maka harga sahamnya cenderung stabil,” katanya kepada Bisnis, Selasa (1/9/2020).
Menurutnya, pergerakan saham emiten farmasi secara teknikal sebenarnya sudah pada level overbought ditambah dengan indikator candlestick yang sudah tak lagi mengalami tren bullish.