Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah tak mampu naik lebih tinggi karena fokus pasar kembali ke upaya negara-negara dalam menanggulangi penyebaran virus corona. Adapun, dampak pandemi terhadap perekonomian turut memengaruhi sisi permintaan minyak dunia.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Oktober naik 0,4 persen menjadi US$43,12 per barel di New York Mercantile Exchange pukul 10.30 pagi Singapura. Sebelumnya harga sempat turun 1 persen selama dua sesi berturut-turut.
Sementara itu, harga minyak Brent pengiriman November di ICE Futures Europe Exchange naik 0,6 persen menjadi US$46,08 per barel setelah menguat 0,5 persen pada akhir pekan lalu.
Senior Market Analyst for Asia Pacific Oanda Jeffrey Halley mengatakan tren positif harga minyak dapat berlanjut tetapi sulit untuk naik lebih tinggi karena masih ada kekhawatiran dari sisi permintaan.
“Negara manapun yang sudah membuka diri [dari lockdown], Covid-19 juga sudah kembali di sana,” kata Halley seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (31/8/2020).
Adapun, fokus pelaku pasar kembali ke penyebaran virus corona dan upaya setiap negara dalam menangani penyebaran virus. Saat ini, India mencatatkan kenaikan kasus positif tertinggi dan New York mencatatkan penyebaran virus tertinggi.
Baca Juga
Sebelumnya harga minyak terus menanjak ke level tertinggi dalam empat bulan. Namun, harga diperkirakan tak akan jauh dari US$43 per barel karena dunia masih bertarung dengan virus corona.
Belum lagi, pasokan minyak dari negara-negara OPEC+ dikhawatirkan terus melimpah setelah keputusan pemangkasan produksi minyak dikeluarkan dan pembelian minyak mentah dari China mengalami penurunan.
Di sisi lain, Badai Laura yang menyerang Teluk Meksiko telah berlalu dan kilang minyak AS di sana mulai beroperasi.
Badai Laura yang menyerbu Louisiana pekan lalu telah memaksa kilang minyak Teluk Pesisir AS menghentikan sekitar sepertiga produksi gas dan diesel. Tapi, dampaknya ke pasar tak terlalu terasa karena harga minyak berjangka di New York hanya mampu menguat ke level US$42,48 per barel.
Berdasarkan data dari Baker Hughes Co., tim eksplorasi minyak AS juga kembali memarkirkan rigs pada pekan lalu yang mencerminkan stagnasi harga minyak dapat menurunkan aktivitas. Jumlah mesin yang aktif sekarang menjadi 3 dari sebelumnya 180.