Bisnis.com, JAKARTA - Di saat harga emas dunia melandai, investor saham di Bursa Malaysia memburu saham-saham produsen emas. Spekulasi terhadap saham-saham tersebut dinilai sangat berisiko.
Kenaikan harga saham sejumlah emiten produsen emas di Bursa Malaysia cukup mencengangkan. Hal ini seolah melanjutkan reli harga saham produsen sarung tangan beberapa waktu lalu.
Dilansir dari Bloomberg, saham perusahaan kurang terkenal seperti Niche Capital Emas Holding Bhd dan Tomei Consolidated meningkat dalam dua kali lipat dalam beberapa minggu terakhir.
Harga saham Niche Capital melonjak dari 0,09 ringgit pada 4 Agustus 2020 menjadi 0,40 ringgit tiga hari berselang. Sejak 16 Juli 2020, kapitalisasi pasar harga saham Niche Capital meroket lebih dar 400 persen menjadi US$50 juta dengan rasio price to book value 6 kali, jauh lebih tinggi dari rata-rata emiten consumer di Bursa Malaysua sebeasr 1,3 kali.
Saham-saham berkapitalisasi kecil dinilai menjadi cara lain bagi investor untuk memainkan logam mulia yang mencetak rekor beberapa kali kendati saat ini harganya mulai melandai.
Jumlah investor ritel di Asia Tenggara memang meledak. Sebagian besar investor telah mendorong indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI untuk mengungguli bursa saham di Asia Tenggara.
Baca Juga
Sejauh ini, kenaikan harga saham produsen sarung tangan Top Glove Corp sebesar 500 persen menjadi yang terbaik di antara saham-saham yang masuk indeks MSCI Asia.
Dengan volume perdagangan saham yang naik ke level teringgi Malaysia sedang mempersiapkan langkah-langkah untuk mengekang spekulasi yang berlebhan oleh investor ritel.
Kalangan analis menilai tren kenaikan saham emiten emas lebih berisiko ketimbang sarung tangan. CEO Areca Capital Sdn Danny Wong mengatakan spekulasi oleh investor ritel telah mengerek harga emiten emas seperti Niche Capitl.
"Sebaiknya membeli emas fisik bukan saham emas jika yakin harga emas bakal naik," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg.
Senada dengan Wong, Delbrook Capital Advisor Inc, sebuah hedge fund di Kanada yang spesialis di sektor logam dan pertambangan mulai memangkas eksposur emas di tengah valuasinya yang tinggi.
Sementara itu, harga emas tergelincir dan semakin menjauh dari level US$2.000 per troy ounce di tengah optimisme penanganan virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat. Di sisi lain, Wall Street terus mendulang rekor tertinggi sepanjang masa.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas berjangka Comex untuk kontrak pengiriman Desember 2020 turun 0,11 persen ke posisi US$1.937 per troy ounce. Sementara itu harga emas di pasar spot naik tipis 0,10 persen ke posisi US$1.930,83 per troy ounce.
Level harga emas hari ini lebih rendah dibandingkan posisi pekan lalu yakni US$1.947 per troy ounce (Jumat, 21/8/2020) dan US$1.970,30 per troy ounce (Rabu, 19/8/2020)