Bisnis.com, JAKARTA — Emiten transportasi PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) menargetkan pendapatan pada tahun ini bakal tetap ditopang lini bisnis penyewaan kendaraan diikuti oleh bisnis pengantaran logistik.
Direktur Keuangan ASSA Hindra Tanujaya mengatakan penyewaan kendaraan masih akan menjadi kontributor utama pendapatan perseroan sampai dengan akhir 2020 diikuti oleh pendapatan dari bisnis pengiriman ekspres berbasis teknologi (Anteraja).
“Tetap yang terbesar itu kontribusinya masih dari penyewaan kendaraan. Kontribusi terbesar kedua itu mungkin akan didapat dari bisnis express logistic Anteraja,” kata Hindra dalam public expose, Rabu (19/8/2020).
Mengenai realisasi hingga semester I/2020, Hindra belum dapat mengungkapkan karena laporan keuangan per 30 Juni 2020 milik perseroan akan digunakan untuk aksi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PM-HMETD) pada akhir tahun sehingga memerlukan proses audit.
Dari laporan sementara, Hindra mengakui kinerja perseroan tertekan pada periode Maret—Mei 2020 ketika semua pihak fokus menghadapi pandemi.
“Tapi per Juni—Juli, itu sudah pick up lagi. Dan kami juga ada bisnis yang baru dimulai. Kalau dibandingkan, mestinya top line terjadi peningkatan,” imbuh Hindra, mengacu kepada lini bisnis lelang otomotif lewat PT JBA Indonesia yang dimulai pada Februari dan bisnis pengiriman ekspres Antaraja pada Maret.
Baca Juga
Hingga kuartal I/2020, ASSA telah menyerap belanja modal sekitar Rp150 miliar yang sebagian besar digunakan untuk membeli mobil baru.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2020, ASSA mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp26,05 miliar, turun 1,8 persen yoy dari Rp25,53 miliar pada kuartal pertama tahun lalu.
Sementara itu, pendapatan perseroan meningkat sekitar 38 persen yoy menjadi Rp701,61 miliar dari Rp508,67 miliar pada kuartal I/2019.
Kontribusi pendapatan terbesar disumbang oleh lini bisnis sewa kendaraan dan autopool yang mencapai Rp327,38 miliar atau 46,7 persen total pendapatan perseroan.
Pada periode tiga bulan pertama tahun ini, emiten Grup Triputra ini memiliki aset Rp4,84 triliun, naik 5,4 persen dari posisi pada akhir 2019. Sementara itu, liabilitas meningkat 5,45 persen menjadi Rp3,51 triliun.