Bisnis.com, JAKARTA—Data-data terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat pasar resah akan kemungkinan terjadinya resesi pada kuartal III/2020. Lantas, di tengah situasi seperti ini, jenis produk investasi apa yang cocok bagi investor?
Seperti diketahui, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal II/2020 lebih buruk daripada konsensus yaitu terkontraksi sebesar - 5,32 persen secara year on year (yoy).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kinerja perekonomian Indonesia hingga akhir tahun diproyeksi negatif di kisaran 0,4 hingga 1 persen dan International Monetary Fund (IMF) per Juni 2020 melalui World Economic Outlook memprediksi pertumbuhan PDB Indonesia negatif 0,3 persen.
Tim riset Infovesta Utama dalam riset hariannya mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu faktor yang menyebabkan nilai Rupiah tertekan selama 4 hari berturut-turut melalui kurs tengah BI 2.02 persen pada pekan lalu yang mengalami pelemahan sebesar 1,28 persen ke level Rp14.917 dari Rp14.750.
“Tentunya pelemahan nilai Rupiah juga disebabkan oleh berbagai faktor lain kasus baru Covid-19 Indonesia yang masih dalam tren kenaikan, serta penguatan indeks dolar Amerika Serikat,” tulis Infovesta dalam publikasi mingguan yang dikutip Bisnis, Selasa (18/8/2020)
Adapun, terkait beragam kekhawatiran tersebut serta ketidakpastian ekonomi di masa mendatang, Infovesta menyebut Reksa Dana Pasar Uang masih menjadi alternatif investasi paling menarik dan cenderung aman.
Baca Juga
“Imbal hasil Reksa Dana Pasar Uang yang dapat menyaingi tingkat bunga deposito serta risiko yang cenderung minim memberikan kenyamanan investasi bagi para investor,” kata Infovesta.
Sementara itu, untuk jenis reksa dana berbasis obligasi masih cenderung menguat terbatas karena pihak asing sendiri selama sepekan lalu cenderung risk off atau terjadi aksi capital outflow oleh asing yang tercermin melalui kepemilikan SBN yang turun sebesar Rp2,3 triliun ke level Rp941,52 triliun.