Bisnis.com, JAKARTA – Optimisme pelaku pasar terhadap uji coba vaksin Covid-19 lagi-lagi membuat emiten farmasi terus bergeliat.
Setelah sempat disuspensi oleh bursa pekan lalu, saham emiten farmasi milik negara seperti PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dan PT Indofarma Tbk. (INAF) masih saja menunjukkan tanda-tanda penguatan bahkan hingga penutupan pasar Jumat (14/8/2020).
Penguatan saham emiten farmasi dipimpin oleh KAEF dengan kenaikan sebesar 2,76 persen atau 90 poin ke level Rp3.350.
Keperkasaan saham KAEF juga diikuti oleh anak usahanya PT Phapros Tbk. (PEHA) dengan penguatan sebesar 1,93 persen atau 35 poin ke level Rp1.850.
Emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Indofarma Tbk. (INAF) juga menguat 1,82 persen atau 60 poin ke level Rp3.360.
Kendati demikian, jika melihat dari data year-to-date, sebenarnya bukan saham emiten farmasi BUMN yang memimpin penguatan dengan persentase terbesar.
Baca Juga
Berdasarkan data Bloomberg, saham emiten farmasi PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA) terbukti mampu mencatatkan kenaikan dengan persentase tertinggi di antara semua emiten farmasi sebesar 407,58 persen.
Pyridam Farma adalah perusahaan yang bergerak dalam penjualan produk farmasi, kecantikan, alat kesehatan dan jasa maklon.
Selama dua tahun terakhir, perseroan melakukan kerjasama jasa maklon dengan berbagai pihak seperti PT Genero Pharmaceuticals, PT Lapi Laboratories, PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA), PT Actavis Indonesia, PT Phapros Tbk. (PEHA), PT Meprofarm dan PT Otto Pharmaceutical Industries.
Perusahaan juga mengadakan perjanjian distribusi eksklusif dengan Microgen Bioproducts Limited, England, sehubungan dengan pendistribusian produk-produk pemasok di wilayah Indonesia sesuai dengan syarat dan kondisi yang ditetapkan dalam perjanjian.
Sepanjang tahun berjalan, broker Aldiracita Sekuritas Indonesia tercatat paling banyak melakukan transaksi jual dan beli saham PYFA. Adapun, Aldiracita Sekuritas Indonesia memang menggenggam 29,96 persen atau sekitar 160,29 juta saham PYFA yang beredar.
Sebelum KAEF dan INAF disuspensi karena pergerakan sahamnya yang menguat signifikan, PYFA sebenarnya sudah mengalaminya lebih dahulu.
Tepat pada Rabu (3/6/2020), Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham PYFA. Sehingga, pendinginan alias cooling down dipandang perlu untuk dilakukan sehingga bursa menindaklanjuti berupa penghentian sementara perdagangan saham PYFA keesokan harinya.
Tak sampai disitu, manajemen pun harus menyelenggarakan paparan publik insidentil agar investor memiliki gambaran mengenai prospek usaha PYFA ke depannya.
Sekretaris perusahaan Pyridam Farma Ryan Arvin Sutikno dalam paparan publik Juni lalu menyimpulkan pencapaian perseroan pada kuartal pertama adalah alasan utama pergerakan saham perseroan naik signifikan beberapa minggu terakhir.
“Terkait pergerakan harga saham perseroan, manajemen melihat ini dari faktor penjualan atau kinerja kuartal satu 2020 versus 2019. Penjualan bersih meningkat 23,84 persen. Laba bersih meningkat cukup tinggi 131,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” jelasnya saat paparan publik insidentil pada Kamis (11/6/2020).
Di sisi lain, optimisme pasar terhadap saham PYFA juga semakin meningkat setelah PT Pyridam Internasional mengalihkan statusnya sebagai pengendali PYFA kepada Rejuve Global Investment Pte Ltd. Pengalihan ini disertai dengan transaksi saham sebesar Rp222,14 miliar pada Senin (20/7/2020) lalu.
Arvin Sutikno melaporkan Pyridam Internasional (PYI), Rejuve Global Investment (RGI), dan PT Starindo Kencana Sejahtera (SKS) telah menyelesaikan transaksi atau closing jual beli saham di Pyridam Farma (PYFA).
Berdasarkan kinerja fundamental, perseroan juga mencatatkan performa keuangan yang juga cemerlang sepanjang semester pertama tahun ini. Dengan kenaikan pendapatan yang sebesar 0,17 persen menjadi Rp121,57 miliar, laba bersih perseroan mampu melesat 223,86 persen menjadi Rp5,7 miliar.