Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan, PT Eagle High Plantations Tbk., terus melakukan konversi utang mata uang asing ke nilai tukar rupiah sebagai salah satu upaya menjaga likuiditas perseroan di tengah gejolak pasar akibat pandemi Covid-19.
Direktur Eagle High Plantations Henderi Djunaidi mengatakan bahwa dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar dolar AS, perseroan terus melaksanakan kebijakan konversi utang mata uang asing.
Dengan demikian, emiten berkode saham BWPT itu dapat membatasi rugi selisih kurs yang dapat membengkakkan rugi bersih dan menggerus likuiditas perseroan.
“Strategi kami untuk menjaga likuiditas masih konversi utang dolar AS ke rupiah, apalagi dolar AS masih fluktuatif dan rupiah sempat ke level Rp16.000 per dolar AS pada pertengahan semester I/2020,” ujar Henderi saat paparan publik, Rabu (12/8/2020).
Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada semester I/2020, BWPT membukukan rugi selisih kurs Rp275 juta dibandingkan dengan keuntungan selisih kurs Rp25,38 miliar pada semester I/2019.
Adapun, BWPT membukukan kenaikan tipis 2 persen pada liabilitas per 30 Juni 2020 menjadi Rp11,41 triliun dibandingkan dengan Rp11,18 triliun per 31 Desember 2019.
Baca Juga
Total liabilitas itu terdiri atas liabilitas jangka pendek sebesar Rp3,45 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp7,95 triliun,
Lebih rinci, hingga 30 Juni 2020 total utang perseroan dengan mata uang asing sebesar US$827.548 atau setara dengan Rp11,83 miliar.
Di sisi lain, total aset perseroan per 30 Juni 2020 sebesar Rp15,58 triliun dengan jumlah kas setara kas sebesar Rp29,26 miliar.