Bisnis.com, JAKARTA - PT Barito Pacific Tbk. memutuskan untuk tidak membagikan dividen atas kinerja tahun buku 2019 seiring dengan pencapaian kinerja yang tidak begitu impresif.
Hal tersebut diputuskan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan yang digelar pada Kamis (6/8/2020). Untuk diketahui, perseroan mencatatkan pendapatan bersih sebesar US$2,4 miliar sepanjang 2019, turun 21,88 persen dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya sebesar US$3,07 miliar.
Sementara itu, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2019 sebesar US$42,43 juta, lebih rendah 39,4 persen dibandingkan dengan perolehan pada 2018 sebesar US$72,22 juta. Adapun, emiten berkode saham BRPT itu terakhir kali membagikan dividen interim pada Desember 2018.
Berdasarkan pemberitaan Bisnis sebelumnya, kala itu perseroan membagikan dividen interim sebesar US$17,23 juta. Jumlah itu mencakup 24,48% dari laba bersih per September 2018 senilai US$70,38 juta.Dalam pembagian dividen, perusahaan menggunakan kurs tengah BI pada 6 Desember 2018, yakni Rp14.507 per dolar AS. Artinya, perseroan akan menyalurkan dividen Rp250 miliar.
Direktur Keuangan Barito Pacific David Kosasih mengatakan bahwa tahun lalu merupakan tahun yang penuh tantangan bagi perseroan. Namun perseroan telah meletakan fondasi untuk pertumbuhan dengan adanya kontribusi Star Energy kedalam konsolidasi perseroan selama setahun penuh.
“Ke depan, dengan adanya Star Energy, Barito Pacific memiliki pilar pertumbuhan yang lebih stabil seiring dengan rencana Perseroan untuk melaksanakan rencana pertumbuhan Perseroan di tahun mendatang,” ujar David seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis (6/8/2020).
Baca Juga
Selain itu, entitas anak perseroan di sektor petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) berhasil menyelesaikan pembangunan pabrik polyethylene baru 400 KTA dan peningkatan kapasitas pabrik polypropylene sebesar 110KTA pada 2019.
Hal itu menjadikan kapasitas terpasang keseluruhan pabrik naik sebesar 17 persen menjadi 4.030 KTA pada akhir 2019. Peningkatan kapasitas polyethylene itu pun diharapkan dapat menjadi substitusi impor dan menjadikan TPIA kembali terintegrasi serta memiliki fleksibilitas untuk menghasilkan nilai yang optimal dari keseluruhan rangkaian produknya.