Bisnis.com, JAKARTA – Emiten ritel PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) masih gencar melakukan ekspansi di tengah pandemi.
Presiden Direktur Ace Hardware Indonesia Prabowo Widyakrisnadi mengatakan perseroan sudah membuka 9 gerai baru sepanjang semester pertama tahun ini di berbagai kota seperti Bogor, Gorontalo, Makassar, Mojokerto, Yogyakarta, Tangerang, Dumai, Medan dan Semarang.
“Kalau kita membuka suatu toko, memang sudah ada proses yang cukup sebelum berhasil membuka toko tersebut. 9 toko tersebut sudah confirm di akhir tahun lalu, jadi mau tidak mau itu harus direalisasikan tetap berjalan,” ungkap Prabowo dalam paparan publik perseroan yang berlangsung di Gedung Kawan Lama, Jakarta Barat, Rabu (5/8/2020).
Di samping itu, Prabowo menyatakan perseroan masih melihat potensi pertumbuhan penjualan dan pangsa pasar yang besar dari kota-kota baru yang belum terjangkau sebelumnya.
Tak main-main, Ace Hardware tetap berkomitmen membuka maksimal 15 gerai baru untuk keseluruhan tahun 2020 sesuai dengan rencana pada akhir tahun lalu.
“We are still in-line. Kita masih percaya, we are still on track hanya tinggal bagaimana pasar bisa rebound,” sambungnya.
Baca Juga
Karena aksi ekspansi tersebut, perseroan sudah menggunakan belanja modal sebesar Rp90 miliar yang berasal dari dana internal hingga semester pertama. Kendati demikian, akibat dari pandemi, perseroan hanya membidik pertumbuhan konservatif dengan harapan capaian penjualan yang sama seperti tahun sebelumnya.
Usaha yang dilakukan perseroan untuk mencapai hal tersebut adalah menciptakan inovasi seperti mendorong penjualan produk kesehatan, rumah tangga hingga alat olahraga. Dia pun menjelaskan produk Ace Hardware memang sangat bervariasi yang terdiri dari 60.000 macam barang yang dibedakan menjadi 17 kategori.
“Kategori yang paling hot saat ini adalah produk kesehatan, bahkan sepeda dan barang fitness sangat laku di toko-toko kita,” imbuhnya.
Program pemasaran, lanjutnya, juga terus digalakkan guna mengoptimalisasikan tingkat inventori termasuk didalamnya promosi dan diskon besar-besaran serta upaya untuk meningkatkan penjualan dengan menggunakan channel daring melalui website ruparupa.com hingga pesan singkat berupa whatsapp.
Walaupun begitu, Prabowo mengakui 90 persen dari pendapatan perseroan masih sangat bergantung pada penjualan di toko fisik.
“Supply dari luar negeri memang terganggu secara logistik, kalau dilihat dari kinerja semester satu memang ada kenaikan inventori. Hal ini dikarenakan barang impor yang harusnya datang pada kuartal pertama, malah datang di kuartal kedua yang membuat penjualan menurun,” jelasnya.
Terkait perkiraan fluktuasi mata uang rupiah yang kemungkinan akan terdepresiasi pada semester kedua tahun ini, perseroan menyatakan mampu mengendalikan hal tersebut dengan melakukan transaksi di muka dengan prinsipal mengingat kondisi keuangan yang masih kuat hingga saat ini. Jika kedepannya, rupiah terdepresiasi sangat dalam, langkah yang diambil perseroan nantinya adalah dengan menyesuaikan harga jual.
Sebagai gambaran, perseroan mencatatkan penurunan penjualan bersih sebesar Rp3,65 triliun, menurun 7,8 persen secara tahunan pada semester pertama tahun ini. Dari situ, perseroan membukukan laba bersih Rp353,6 miliar dengan penurunan sebesar 25,4 persen secara tahunan.
Adapun, pertumbuhan penjualan antar gerai atau same-store sales growth mengalami kontraksi yakni -8 persen.