Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah diprediksi bergerak terbatas pada bulan ini seiring dengan tarik-menarik katalis positif dan negatif sehingga pergerakan diyakini cenderung mendatar.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa rupiah berpotensi bergerak menguat dalam perdagangan jangka pendek, memanfaatkan momentum tren pelemahan dolar AS akibat tekanan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam itu.
Departemen Perdagangan AS melaporkan, produk domestik bruto (PDB) AS anjlok 9,5 persen pada kuartal II/2020 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Penurunan kinerja ekonomi negara adidaya itu bahkan mencapai 32,9 persen untuk laju tahunan (year-on-year/yoy).
Realisasi dan proyeksi tekanan turun terhadap ekonomi AS yang lebih dalam membuat greenback tampak loyo melawan mata uang utama bahkan juga kalah di hadapan beberapa mata uang negara berkembang dalam beberapa perdagangan terakhir.
“Seharusnya ini akan memberikan support untuk rupiah menguat karena dolar AS melemah, tetapi harus dilihat lagi karena ada banyak data ekonomi dalam negeri yang penting juga dirilis pada bulan ini sehingga dapat membatasi potensi penguatan itu,” ujar Josua kepada Bisnis, Minggu (2/8/2020)
Inflasi yang diprediksi lebih rendah akan dirilis pada pekan pertama Agustus, dilanjutkan oleh rilis data PDB Indonesia kuartal kedua tahun ini yang juga diprediksi tidak lebih baik daripada kuartal-kuartal sebelumnya.
Baca Juga
PDB Indonesia untuk periode kuartal II/2020 diproyeksi berada di kisaran -4 persen hingga -5 persen, dibandingkan dengan pencapaian PDB tiga bulan pertama tahun ini di level 2,7 persen.
Hal itu akan membebani nilai tukar rupiah untuk menguat dan menghambat mata uang Garuda itu bergerak di zona hijau.
Kendati demikian, rupiah juga masih mendapatkan secercah harapan dari sisi fundamentalnya dengan ekspektasi defisit transaksi berjalan yang kemungkinan menyusut sehingga dapat membatasi katalis negatif dari data ekonomi dalam negeri.
Belum lagi, adanya ekspektasi Bank Indonesia yang tidak akan kembali memangkas suku bunga acuannya setelah dua bulan turut-turut aktif menurunkan suku bunga.
“Jadi kalau ditelisik lagi, sentimennya cukup mix pada bulan ini. Rupiah mungkin berada di kisaran Rp14.500 per dolar AS hingga Rp14.700 per dolar AS untuk sebulan ini. Ada beberapa data yang memberatkan rupiah dan ada yang menguntungkan,” papar Josua.
Senada, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa kondisi pasar nilai tukar masih akan dibayangi oleh dua sentimen yang akan saling tarik-menarik.
“Terdapat potensi pemulihan ekonomi yang memberikan sentimen positif ke aset berisiko, tetapi ada juga peningkatan kekhawatiran pasar terhadap penularan covid-19 yang masih berlangsung dan menekan pergerakan aset berisiko,” ujar Ariston kepada Bisnis, Minggu (2/8/2020).
Dia menjelaskan bahwa pada akhir pekan lalu fokus pasar tampak lebih tertuju pada sentimen yang menonjol adalah kekhawatiran pasar terhadap penularan virus covid-19 dan penyebaran gelombang kedua di beberapa negara.
Berdasarkan data Worldometers, total kasus positif Covid-19 di seluruh dunia sudah mencapai 18 juta jiwa, dengan total penambahan kasus baru hingga 255.699 jiwa per Sabtu 1/8/2020.
Dengan demikian, secara umum, sentimen negatif itu bisa menjadi fokus utama pasar lagi sehingga pintu pelemahan bagi rupiah kembali terbuka sangat lebar. Dia memprediksi, rupiah bergerak di kisaran Rp14.750 per dolar AS hingga Rp14.450 per dolar AS pada pekan ini.