Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. mencetak pertumbuhan laba bersih dua digit secara tahunan pada semester I/2020.
Kalbe Farma melaporkan pertumbuhan penjualan bersih 3,8 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp11,60 triliun pada semester I/2020. Laba bersih yang dikantongi perseroan naik 10,3 persen secara tahunan menjadi Rp1,38 triliun per 30 Juni 2020.
“Walaupun dampak Covid-19 terhadap makroekonomi Indonesia di kuartal II/2020 cukup menantang, perseroan dapat mempertahankan pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang positif dan stabil,” ujar Direktur Keuangan Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata melalui siaran pers yang dikutip, Minggu (2/8/2020).
Emiten berkode saham KLBF itu mengungkapkan peningkatan penjualan semester I/2020 didukung oleh divisi distribusi dan logistik. Lini itu mencatat peningkatan penjualan 10,1 persen yoy menjadi Rp3,75 triliun dan berkontribusi 32,4 persen terhadap total penjualan bersih perseroan Januari 2020—Juni 2020.
Sementara itu, divisi produk kesehatan tumbuh 6,6 persen secara tahunan menjadi Rp2,07 triliun per 30 Juni 2020 dengan kontribusi sebesar 17,9 persen terhadap total penjualan bersih. Selanjutnya, penjualan bersih divisi nutrisi tumbuh 2,2 persen menjadi Rp3,21 triliun pada semester I/2020 dan menyumbang 27,7 persen dari keseluruhan penjualan bersih.
Adapun, divisi obat resep perseroan yang membukukan penurunan penjualan 4,2 persen secara yoy menjadi Rp2,56 triliun serta menyumbang 22,1 persen dari total penjualan bersih pada semester I/2020.
Baca Juga
KLBF melaporkan pertumbuhan laba sebelum pajak penghasilan 7,2 persen secara tahunan menjadi Rp1,80 triliun pada semester I/2020. Margin laba sebelum pajak penghasilan mengalami peningkatan dari 15,1 persen semester I/2019 menjadi 15,6 persen per 30 Juni 2020.
Emiten farmasi itu menyatakan akan terus menggabungkan strategi pengelolaan portofolio produk, mengelola efektivitas kegiatan penjualan dan pemasaran, dan melakukan transformasi pemanfaatan teknologi digital. Selain itu, KLBF juga memonitor biaya-biaya operasional lainnya untuk mempertahankan tingkat laba sebelum pajak penghasilan.
“Pertumbuhan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penjualan bersih terutama disebabkan oleh peningkatan efisiensi di biaya operasional, keuntungan selisih kurs, dan tarif pajak yang lebih rendah,” jelas Bernadus.