Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS-China Berlaga di Arena Konsulat, Wall Street Terbanting

Aksi jual memukul bursa saham Amerika Serikat untuk perdagangan hari kedua berturut-turut, Jumat (24/7/2020), didorong kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan AS dan China.
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual memukul bursa saham Amerika Serikat untuk perdagangan hari kedua berturut-turut, Jumat (24/7/2020), didorong kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan AS dan China.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham acuan S&P 500 di bursa Wall Street melemah 0,61 persen atau 19,66 poin ke level 3.216 pukul 9.50 waktu New York.

Bersama S&P, indeks Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,48 persen atau 128,67 poin ke posisi 26.523,66 dan indeks Nasdaq Composite anjlok 2,01 persen atau 215,05 poin ke level 10.246,36.

Di pasar mata uang, Bloomberg Dollar Index turun 0,3 persen, nilai tukar euro terhadap dolar AS naik 0,1 persen menjadi US$1,2757, dan nilai tukar yuan onshore melemah 0,2 persen menjadi level 7,018 per dolar AS.

Sejalan dengan bursa AS, indeks Stoxx Europe 600 melorot 1,4 persen, indeks MSCI Asia Pacific melemah 0,9 persen, dan indeks MSCI Emerging Market turun tajam 1,6 persen.

Pasar saham global tertekan setelah Beijing memerintahkan AS menutup kantor konsulatnya di Chengdu sebagai pembalasan atas perintah AS untuk menutup kantor konsulat China di Houston.

“Tindakan yang diambil oleh China adalah respons yang sah dan perlu atas tindakan yang tidak bisa dibenarkan dari AS,” papar Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan pada Jumat, seperti dilansir Bloomberg.

Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pihaknya telah membuat tuntutan khusus atas penghentian semua operasi dan agenda oleh kantor konsulat AS.

“Situasi saat ini dalam hubungan China-AS bukanlah yang diinginkan China untuk dialami, dan AS bertanggung jawab atas semua ini,” lanjut Kemenlu China.

Langkah terbaru Beijing menambah ancaman atas hubungan yang telah memburuk dengan AS dalam beberapa bulan terakhir karena berbagai isu mulai dari perdagangan hingga penanganan pandemi Covid-19.

“Kami tidak akan terkejut jika terjadi aksi jual karena investor mengalihkan fokus mereka kembali pada ketegangan geopolitik ini,” ujar Direktur investasi di Brewin Dolphin Janet Mui, dikutip dari Bloomberg.

Turut memukul sentimen adalah rilis data klaim pengangguran mingguan AS yang menunjukkan peningkatan untuk pertama kalinya sejak Maret.

Data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Kamis (23/7) menunjukkan klaim pengangguran awal mencapai 1,42 juta orang untuk pekan yang berakhir pada 18 Juli atau bertambah sebanyak 109.000 dari pekan sebelumnya.

Jumlah tersebut lebih tinggi dari proyeksi para ekonom dalam survei Bloomberg yang memperkirakan klaim awal akan mencapai 1,3 juta, dengan kisaran proyeksi antara 1-1,55 juta.

Dari Eropa, Purchasing Managers' Index composite besutan IHS Markit menanjak ke level 54,8 pada Juli 2020, level tertinggi dalam lebih dari dua tahun, dari 48,5 pada Juni.

Kendati data manufaktur bulan Juli untuk zona euro menunjukkan pertumbuhan, permintaan tetap relatif lemah terhadap kapasitas dan banyak perusahaan memangkas pekerjaan selama lima bulan berturut-turut. 

Pasar selanjutnya menantikan perkembangan di Kongres AS yang sedang merundingkan paket bantuan baru untuk jutaan warga Amerika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper