Bisnis.com, JAKARTA — PT Kimia Farma Tbk. telah memiliki rencana pelunasan untuk surat utang perseroan yang akan jatuh tempo pada semester II/2020.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kimia Farma memiliki medium term notes (MTN) Kimia Farma Tahap I Tahun 2017 dengan jumlah pokok Rp400 miliar yang akan jatuh tempo pada 15 September 2020.
Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno mengatakan sudah mempersiapkan pelunasan MTN yang akan jatuh tempo. Emiten berkode saham KAEF itu akan menggunakan dana internal.
“Kimia Farma sudah mempersiapkan dana internal untuk pembayaran MTN tersebut,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (21/7/2020).
Akhir pekan lalu, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat idAA- kepada MTN Tahun 2017 Tahap I Kimia Farma senilai Rp400 miliar. Adapun, Pefindo juga menyematkan peringkat idAA- untuk Kimia Farma dengan outlook atau prospek negatif.
Pefindo menyebut KAEF berencana melunasi MTN Tahun 2017 Tahap I dengan dana internal. Total yang dimiliki oleh produsen farmasi itu mencapai Rp706,9 miliar per 31 Maret 2020.
Baca Juga
“Obligor dengan peringkat idAA memiliki sedikit perbedaan dengan peringkat tertinggi yang diberikan dan memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya dibandingkan terhadap obligor Indonesia lainnya,” tulis Analis Pefindo Emanuel Paco Tan dan Agung Iskandar melalui siaran pers.
Sebagai alternatif, lanjut Pefindo, KAEF juga dapat menggunakan fasilitas MTN 2019 dan MTN Syariah Mudharabah 2019 yang belum terbit senilai Rp1,0 triliun. Perseroan juga dapat menarik fasilitas kredit yang belum digunakan senilai Rp2,0 triliun per 30 Juni 2020.
Peringkat yang disematkan Pefindo mencerminkan peran strategis Kimia Farma dalam menyediakan obat-obatan tertentu untuk kebutuhan nasional, posisi pasar perusahaan yang kuat di industri farmasi, dan operasi bisnis yang terintegrasi.
Kendati demikian, peringkat dibatasi oleh leverage keuangan yang tinggi dan proteksi arus kas yang melemah dan marjin profitabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan marjin perusahaan-perusahaan farmasi yang lain.