Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja moncer emiten konsumer PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. selama periode pandemi membuat pihak sekuritas tidak ragu memberikan rekomendasi saham produsen Tolak Angin tersebut untuk dikoleksi investor.
Dikutip dari data laporan keuangan perseroan per 30 Juni 2020, emiten berkode saham SIDO tersebut membukukan pertumbuhan laba bersih 10,6 persen secara tahunan menjadi Rp413,79 miliar sedangkan pendapatan perseroan hanya meningkat 3,52 persen menjadi Rp1,46 triliun.
Analis Kresna Sekuritas Robertus Hardy mengatakan bahwa SIDO sebenarnya memiliki portofolio produk yang kesehatan yang beragam dan paling diminati konsumen.
“Kami berpandangan bahwa model bisnis perusahaan merupakan salah satu dari sedikit perusahaan yang bisa mempertahankan profitabilitas yang stabil di tengah krisis virus corona,” tulisnya dalam laporan riset yang dikutip Bisnis, Rabu (22/7/2020).
Dengan demikian, Kresna Sekuritas memproyeksi pendapatan dan laba bersih Sido Muncul tahun ini bisa mencapai masing-masing Rp3,11 triliun dan Rp826 miliar. Proyeksi tersebut menjadi dasar bagi sekuritas yang untuk mempertahankan rekomendasi beli.
Nilai wajar kapitalisasi pasar SIDO ditaksir Rp22,65 triliun atau Rp1.510 per saham dengan potensi kenaikan 22 persen. .Target harga tersebut juga mempertimbangkan price-to-earning ratio (PER) dan price-to-book value (PBV) 27,4 dan 25,9x pada tahun 2020 serta 7,3 dan 7,1x pada tahun 2021.
Baca Juga
Menurut Robert, harga saham SIDO sama sekali tidak premium mengingat rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio (DPR) rata-rata 95,1 persen dari laba bersih selama 6 tahun fiskal terakhir.
Target harga terbaru tersebut lebih tinggi dari perkirakan sekuritas sebelumnya yakni Rp1.420 karena revisi proyeksi PER dan PBV pada tahun 2020 dan 2021 yang lebih rendah.
Di sisi lain, sekuritas memprediksi SIDO akan membagikan dividen interim sebesar Rp25 per saham pada November mendatang sehingga dengan harga saat ini dividend yield yang ditawarkan oleh saham produsen Tolak Angin tersebut adalah sebesar 2 persen.
Risiko dari revisi target harga adalah penurunan pendapatan dan laba bersih pada tahun 2020 dan 2021 dan koreksi rasio pembayaran dividen di sekitar 95 hingga 96 persen dalam dua tahun ke depan.
Menjelang penutupan sesi pertama perdagangan hari ini, Rabu (22/7/2020), saham SIDO terpantau naik 1,21 persen ke posisi 1.225. Dalam setahun terakhir, saham Sido Muncul naik 26,13 persen sedangkan dalam periode tahun berjalan 2020 terkoreksi tipis 1,57 persen.