Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbal Hasil Reksa Dana Pendapatan Tetap Bakal Tembus 7 Persen di 2020

Kinerja reksa dana pendapatan tetap dapat mencapai 7—8 persen dengan asumsi penurunan suku bunga acuan di kisaran 4 persen. 
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA—Kendati sempat anjlok akibat terdampak pandemi, kinerja reksa dana pendapatan tetap diprediksi bakal terus moncer sampai akhir tahun. Bahkan, imbal hasilnya masih dapat mencapai 7 persen.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan untuk tahun 2020 ini pihaknya memproyeksikan kinerja reksa dana pendapatan tetap dapat mencapai 7—8 persen dengan asumsi penurunan suku bunga acuan di kisaran 4 persen. 

Sayangnya, per akhir Juni 2020 atau selama satu semester pertama tahun ini, kinerja reksa dana berbasis obligasi tersebut baru mencapai 2,5 persen akibat tergusur oleh anjloknya harga obligasi akibat pandemi.

“Maret itu sempat ada panic selling SUN oleh investor asing, jadi return untuk RDPT terutama yang berbasis SUN berjatuhan,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (20/7/2020).

Meskipun demikian, Wawan optimistis kinerja reksa dana pendapatan tetap bakal rebound hingga akhir tahun, ditopang pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia yang kini ada di level 4 persen.

“Secara fundamental disokong penurunan suku bunga. Meski secara pembelian asing belum begitu besar tapi saya lihat outflow sudah tidak ada artinya asing sedang akumulasi beli. Jadi saya perkirakan harga SUN akan cenderung naik,” tuturnya.

Selain itu, di antara kuartal III dan kuartal IV tahun ini dia memproyeksikan akan terjadi reli harga SUN yang kemudian akan turut mengerek kinerja reksa dana pendapatan tetap. Sehingga Wawan optimistis target kinerja 7 persen masih akan tercapai di akhir tahun.

“Karena kalau [reksa dana] pendapatan tetap kan income-nya ada dua, satu adalah bunga yang pasti didapat, satu lagi dari kenaikan harga,” imbuhnya. 

Bahkan dia memproyeksikan target ini bisa terlampaui jika terjadi penurunan suku bunga kembali. Menurutnya, pemangkasan suku bunga acuan masih memungkinkan karena masih dalam spread yang wajar antara suku bunga dan tingkat inflasi.

Dia menyebut secara historical, spread yang wajar antara suku bunga dan inflasi ada di kisaran 1-1,5 persen. Dengan asumsi tersebut, Wawan menilai potensi suku bunga turun hingga ke level 3,5 persen masih masuk dalam kategori wajar.

“Idealnya menurut saya sih di 3,75 persen, tapi kalau melihat perkembangan sekarang sepertinya pemerintah masih akan wait and see dan belum akan menurunkan sampai ke situ,” ujar dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper