Bisnis.com, JAKARTA — Transaksi obligasi korporasi di pasar sekunder masih melempem hingga Mei 2020, baik dari sisi nilai maupun frekuensi.
Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), rata-rata nilai transaksi harian di pasar obligasi korporasi sebesar Rp1,39 triliun dengan rata-rata frekuensi harian sebanyak 145 kali per Mei 2020.
Nilai tersebut turun tipis dibandingkan tahun lalu dengan rata-rata nilai transaksi harian di pasar sekunder senilai Rp1,57 triliun dengan rata-rata frekuensi harian sebesar 149 kali.
Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra menjelaskan bahwa investor memang tidak dapat mengharapkan transaksi surat utang korporasi bisa selikuid Surat Utang Negara (SUN) dan saham.
“Transaksi harian, saya rasa memang perkembangan terakhir belum banyak perubahan cenderung menurun transaksinya. Jauh dibandingkan dengan saham,” kata Salyadi, Jumat (10/7/2020).
Sebagai perbandingan, nilai rata-rata transaksi harian saham di Bursa Efek Indonesia per Mei 2020 senilai Rp9,82 triliun dengan rata-rata frekuensi sebesar 548 kali.
Baca Juga
Di sisi lain, Salyadi menunjukkan bahwa investor tampaknya sudah mengapresiasi kupon yang ditawarkan penerbit obligasi. Hal itu dibuktikan oleh spread dengan yield pemerintah yang masih kompetitif dan cenderung turun dari tahun ke tahun seiring dengan permintaan yang terus meningkat.
Per 26 Juni 2020, Pefindo mencatat yield obligasi korporasi peringkat AAA tenor 5 tahun sebesar 7,66 persen yang menjadikan spread-nya terhadap yield obligasi pemerintah selisih 110 bps.
“Spread-nya seiring dengan kupon, cenderung stabil. Ini penting juga kita lihat bagaimana alternatif investasi di surat utang korporasi ini menjadi bersaing dengan SUN,” tutur Salyadi.