Bisnis.com, JAKARTA – Emiten baja PT Krakatau Steel Tbk. tercatat sebagai emiten yang paling banyak ditransaksikan sahamnya pada perdagangan Kamis (9/7/2020).
Bahkan, emiten berkode saham KRAS tersebut hampir menyentuh batas auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 24,46 persen atau 68 poin ke level Rp346 hingga akhir perdagangan hari ini. Adapun, batas ARA untuk saham dengan rentang harga Rp200 - Rp5.000 adalah 25 persen.
Berdasarkan besaran transaksinya, saham KRAS sudah ditransaksikan sebanyak Rp205,54 miliar yang didominasi oleh aksi jual beli investor domestik. Di sisi lain, total beli asing di pasar reguler sebesar Rp229,79 juta.
Berdasarkan data Bloomberg, broker Mirae Asset Sekuritas terpantau paling banyak melakukan transaksi saham KRAS dengan total pembelian 1,49 miliar lembar saham atau Rp946,96 miliar.
Di sisi lain, broker dengan kode YP tersebut juga paling banyak menjual saham KRAS dengan total penjualan 1,45 miliar lembar saham atau Rp907,94 miliar.
Sehingga, Mirae Asset Sekuritas menyisakan 38,87 juta saham KRAS dengan total beli bersih sebesar Rp39,02 miliar.
Baca Juga
Sebagai gambaran, emiten pelat merah tersebut mengusulkan skema dana talangan untuk modal kerja sebesar Rp3 triliun oleh pemerintah dengan menempatkan pada giro account Special Purpose Vehicle (SPV).
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan penempatan giro account SPV kemudian dijadikan jaminan trade facility untuk membeli bahan baku dan lalu memberikan relaksasi pembayaran kepada pelanggan.
“Kalau sekarang mereka pesan tidak pakai LC (letter of credit), kita sendiri tidak bisa mendapatkan bahan baku. Jadi kait-mengkait,” ungkap Silmy dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI, Rabu (8/7/2020).
Perseroan juga memproyeksikan laba perseroan akan kembali berada di zona hijau secara konsolidasi pada kuartal II/2020. Namun demikian, jika hanya menghitung hasil produksi, perseroan diramalkan bakal merugi.
Silmy yang juga meragukan kinerja pendapatan sebelum pajak, bunga dan depresiasi (EBITDA) yang positif pada kuartal sebelumnya dapat berlanjut pada kuartal II/2020. Pasalnya, pasar baja nasional terkontraksi hingga 70 persen pada kuartal II/2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.