Bisnis.com, JAKARTA – Nigeria akan terus memproduksi gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) pada posisi 1,8 juta ton.
Berdasarkan data Bloomberg, BUMN LNG di Nigeria akan tetap mempertahankan produksi LNG sebesar 1,8 juta ton pada Juli. Jumlah itu bisa jadi meningkat pada Agustus dan September 2020. Sementara pada Juni lalu, negara Afrika itu juga mencatatkan produksi pada level yang sama.
Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu terjadi peningkatan dari posisi 1,7 juta ton. Hal itu berbanding terbalik dengan pemain lainnya seperti Amerika Serikat dan Australia yang memangkas produksi.
Oleh sebab itu ekspor gas global turun 6,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena virus covid-19 telah membuat proyeksi konsumsi gas menurun.
Beberapa klien Nigeria diyakini telah mengaktifkan klausul dalam kontrak jangka panjang yang memungkinkan mereka untuk memberli lebih sedikit kesepakatan sebelumnya. Namun Nigeria LNG Ltd. mampu menjual kelebihan pasokan itu ke pasar spot dengan harga diskon.
Menurut data Bloomberg lebih dari setengah ekspor Nigeria pada Mei berakhir di Asia dibandingkan dengan tahun lalu yang kurang dari sepertiga. Biaya produksi sangat rendah sehingga masih bisa menghasilkan keuntungan di tengah harga spot yang lemah, kata sumber Bloomberg, karena rencana itu bersifat pribadi.
Baca Juga
Fasilitas itu bahkan memiliki biaya terendah di dunia, menurut data dari Sanford C. Bernstein & Co.
Sara Vakhshouri, pendiri dan presiden perusahaan konsultan SVB Energy International mengatakan Nigeria memiliki kelebihan.
“Akses ke pasar dan biaya pengiriman jelas adalah sesuatu yang akan menjadi sangat penting bagi semua pemain utama. Ditambah lagi dengan biaya produksi," pungkasnya.
Berdasarkan data Bloomberg harga gas alam tengah menguat 4,61 persen menjadi US$1,81 per MBBtu dore ini. Sejak dibuka pada level US$1,73 per MBBtu, harga gas alam mengalami reli hingga level tertinggi US$1,83.