Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap memimpin daftar imbal hasil terbaik sepanjang paruh pertama 2020. Sementara itu, kinerja reksa dana saham dan reksa dana campuran masih tertekan.
Berdasarkan data Infovesta Utama per 30 Juni 2020, kinerja reksa dana pasar uang yang tergambar dalam Infovesta 90 Money Market Fund Index mencatatkan hasil positif, yakni 2,41 persen secara year to date.
Tidak terpaut jauh, kinerja reksa dana pendapatan tetap yang digambarkan dalam Infovesta 90 Fixed Income Fund Index memberikan imbal hasil 2,41 persen, seiring dengan positifnya kinerja indeks obligasi.
Dua indeks obligasi, yakni Infovesta Corporate Bond Index dan Infovesta Government Bond Index sama-sama menunjukkan kinerja positif secara year to date yakni 2,47 persen dan 2,04 persen.
Sementara itu, kinerja reksa dana saham yang digambarkan dalam Infovesta 90 Equity Fund Index masih tertekan dengan koreksi -22,12 persen. Hal itu sejalan dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga turun -22,13 persen.
Akibat kinerja reksa dana saham yang tertekan, kinerja reksa dana campuran yang tergambar dalam Infovesta 90 Balanced Fund Index juga terseret dengan imbal hasil -11,34 persen sepanjang tahun berjalan.
Baca Juga
Dalam publikasi mingguannya, tim riset Infovesta Utama menyebut ada sejumlah sentimen yang bakal membayangi kinerja reksa dana di paruh kedua tahun ini. Untuk reksa dana dengan produk berbasis saham, terdapat sentimen dari dalam negeri maupun luar negeri.
Lalu, bagaimana proyeksi kinerja reksa dana di semester kedua 2020?
Infovesta menyebut dari dalam negeri sentimen pasar dapat dipengaruhi oleh laporan keuangan kuartal kedua yang kemungkinan mencatatkan angka yang lebih buruk daripada kuartal pertama.
“Namun, sentimen buruk akan berdampak terbatas karena investor telah memprediksi dan mengantisipasi hal tersebut,” tulis Infovesta, seperti dikutip Bisnis, Senin (6/7/2020)
Investor juga disebut masih menunggu perkembangan masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan vaksin Covid-19. Selain itu, masih terdapat potensi risiko terjadinya gelombang kedua karena angka kasus baru di Indonesia setiap harinya masih belum melandai.
Sementara dari luar negeri, sentimen datang dari Amerika Serikat yang akan segera dilaksanakan pemilihan presiden pada tanggal 3 November 2020 mendatang. Ini bakal menyebabkan investor cenderung wait and see sambil mengamati keadaan ekonomi.
Kemudian, untuk reksa dana berbasis pendapatan tetap, dengan tingkat inflasi yang rendah maka tingkat suku bunga acuan masih berpotensi melanjutkan tren penurunan sehingga akan memberikan sentimen yang positif untuk kinerja reksadana berbasis pendapatan tetap.
Adapun dari asing juga memiliki potensi inflow yang lebih besar terhadap obligasi negara Indonesia yang tercermin dari kepemilikan SBN asing yang mengalami peningkatan selama bulan Juni sebesar Rp4,59 triliun. Hal ini juga didukung dengan penguatan nilai rupiah terhadap dolar AS sebesar 1,32 persen ke level Rp14.302.
Oleh karena itu, dengan pertimbangan ketidakpastian terhadap keadaan ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja reksa rana di Indonesia, tim Infovesta menyarankan investor untuk mempertimbangkan investasi dengan jangka waktu lebih pendek, seperti reksa dana pasar uang serta pendapatan tetap.
“Sedangkan untuk Reksa Dana berbasis Saham investor masih perlu berhati-hati dengan keadaan ekonomi di masa mendatang,” tutup Infovesta.