Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPEC Pangkas Produksi Terbesar Sejak Perang Teluk

OPEC mencatat penurunan produksi 1,93 juta barel per hari menjadi 22,69 juta barel sejak Mei 2020. Jumlah tersebut paling rendah sejak Perang Teluk meletus pada 1991.
Tanker pengangkut minyak./Bloomberg
Tanker pengangkut minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas produksi minyak ke level terendah sejak Perang Teluk pada tahun 1991. Ini dilakukan untuk  menghidupkan kembali pasar minyak global yang terhuyung akibat wabah virus corona (Covid-19).

Bloomberg melakukan survei kepada pejabat, melacak data dan perkiraan dari konsultan termasuk Rystad Energi A / S, Grup Energi Rapidan, JBC Energy GmbH dan Kpler SAS. Menurut survei Bloomberg Arab Saudi memberikan pembatasan tambahan yang mulai bulan Juni untuk meningkatkan kinerja harga.

Arab Saudi, anggota terbesar kelompok OPEC+ dikurangi 1,13 juta barel per hari menjadi 7,53 juta pada bulan Juni. Pengurangan produksi itu sepenuhnya berdasarkan sukarela. Kuwait dan Uni Emirat Arab pun diharapkan dapat memberikan potongan ekstra.

Negara sekutu OPEC mencatat penurunan produksi sejak Mei yang membantu menghidupkan kembali pasar minyak. OPEC telah memotong produksi sebesar 1,93 juta barel per hari menjadi 22,69 juta per hari bulan lalu.

Intervensi oleh OPEC+ telah membantu minyak minyak mentah Brent dari posisi terendah April, ketika wabah virus diperkirakan telah mengambil sekitar sepertiga dari permintaan global.

Harga saat ini berada di atas US$41 per barel meskipun begitu pengurangan produksi besar-besaran setelah 3 dekade menggambarkan skala pengorbanan yang besar. OPEC + menjanjikan pengurangan 9,7 juta barel per hari pada April atau sekitar 10 persen dari pasokan global.

Secara keseluruhan, OPEC menyampaikan semua pengurangan akan dilakukan sejak April, meskipun tingkat kepatuhan sangat bervariasi antar anggota. Sementara Irak, Nigeria dan Angola masih tertinggal, produksi mereka meningkat bulan lalu.

Irak menerapkan 70 persen dari kuota, Nigeria 77 persen dan Angola 83 persen. Di sebuah pertemuan pada awal Juni, negara-negara sepakat untuk menebus kecurangan sebelumnya dengan  membuat pembatasan tambahan dalam beberapa bulan mendatang.

Adapun kepatuhan dari negara-negara di luar OPEC semakin kuat dari biasanya, karena skala permintaan runtuh dan risiko penurunan harga yang baru mendorong kepatuhan. Rusia dipompa dekat ke target untuk bulan kedua, dan Kazakhstan berada di jalur menuju mencapai kuota.

Kemerosotan dalam produksi OPEC juga mencerminkan jangka panjang penurunan beberapa anggota terutama Venezuela. Negara yang terletak di Amerika Latin itu dibebaskan dari keharusan melakukan pemotongan yang disengaja.

Pasalnya melihat produksi yang menyusut sebagai sanksi AS. dan resesi ekonomi yang berkepanjangan membanting industri perminyakan negara itu. Kini produksi harian hanya 340.000 barel per hari pada bulan lalu. Akan tetapi lonjakan infeksi baru-baru ini dari Covid-19 di negara-negara termasuk Amerika Serikat dapat membuat pasar kembali bergejolak. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper