Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Melemah 5 Hari Berturut-turut, Rupiah Berpotensi Rebound

Rupiah memiliki kesempatan untuk kembali ke zona hijau pada perdagangan kali ini setelah bertahan di zona merah dengan kurun waktu cukup lama.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (27/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (27/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berpotensi berbalik menguat pada perdagangan Kamis (2/7/2020) setelah melemah lima hari perdagangan berturut-turut.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah memiliki kesempatan untuk kembali ke zona hijau pada perdagangan kali ini setelah bertahan di zona merah dengan kurun waktu cukup lama.

“Rupiah kemungkinan akan menguat terbatas di level Rp14.250-Rp14.300 per dolar AS,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (2/7/2020).

Adapun, pada penutupan perdagangan Rabu (1/7/2020) rupiah berada di posisi Rp14.283 per dolar AS, terkoreksi 0,13 persen atau 18 poin. Kinerja rupiah itu menjadi yang terburuk di antara mata uang Asia lainnya yang mayoritas hanya melemah tipis.

Posisi rupiah tepat di bawah rupee yang terkoreksi 0,12 persen dan yuan yang turun 0,07 persen. Rupiah tetap melemah kendati sentimen di pasar saat ini cenderung mendukung aset-aset berisiko.

Ibrahim mengatakan bahwa saat ini fokus pasar tertuju pada komentar Ketua The Fed Jerome Powell dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dalam kesaksiannya di depan Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan AS pada Selasa (30/7/2020).

Pasar merespons positif karena dua pejabat AS itu mengatakan akan berbuat lebih banyak untuk membatasi pelemahan ekonomi AS akibat pandemi Covid-19. Pasar mengekspektasikan akan terdapat banyak stimulus ke depan, termasuk penurunan suku bunga acuan AS.

Selain itu, IHS Markit melaporkan indeks PMI Manufaktur China periode Juni masih berada di jalur kenaikan, yaitu naik ke posisi 50,9 dari posisi bulan lalu 50,6. Hal itu menjadi sinyal ekonomi dari salah satu negara dengan ekonomi terbesar itu tetap tumbuh kendati dilanda pandemi Covid-19.

Ibrahim juga menjelaskan bahwa potensi penguatan rupiah berasal dari proyeksi aliran dana asing yang akan segera masuk pasca penandatanganan undang-undang keamanan nasional untuk Hongkong oleh Presiden China Xi Jinping,

“[Penandatangan itu] ada keuntungan tersendiri bagi pasar dalam negeri, karena kemungkinan aliran modal asing yang terparkir di Hongkong akan kembali mengalir ke pasar dalam negeri,” papar Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper