Bisnis.com, JAKARTA - Penyebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia sudah mencapai empat bulan sejak kasus pertama diungkap ke publik pada awal Maret 2020 lalu. Sejak saat itu, minat terhadap aset aman seperti logam mulia meningkat drastis.
Misal, harga emas 24 karat Antam terus mencetak rekor baru selama empat bulan terakhir. Pada 2 Maret 2020, harga emas 24 karat Antam untuk ukuran 1 gram tercatat Rp819.000. Berselang 20 hari, harga emas sudah menembus Rp879.000 dan mendekati level psikologis Rp900.000.
Berdasarkan data dari logammulia.com, harga emas akhirnya menembus level Rp900.000 per gram pad 23 Maret 2020, tepat di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok dalam.
Reli harga emas semakin tidak terbendung memasuki April 2020. Di saat kasus Covid-19 terus bertambah, harga emas 24 karat Antam mencetak rekor baru di level Rp953.000 per gram pada 3 April 2020.
Grafik harga emas 24 karat Antam 2 Maret 2020 s.d 2 Juli 2020./ Sumber : logammulia.com
Rekor harga emas tersebut tidak bertahan lama karena pada 7 April 2020 harga emas Antam mencapai rekor baru sepanjang sejarah, Rp972.000 per gram. Namun, sejak saat itu harga emas pelan tapi pasti melandai.
Sejak 7 April 2020 hingga 2 Juli 2020, harga emas Antam paling rendah dijual di posisi Rp875.000 pada 9 Juni 2020. Banderol tersebut tetap lebih tinggi dibandingkan posisi 2 Maret 2020 atau posisi 2 Januari 2020 di level Rp775.000.
Sementara itu, harga emas dunia juga sempat menyentuh rekor baru di US$1.800 per troy ounce dalam empat bulan terakhir. Dilansir dari Bloomberg, harga emas berjangka Comex untuk kontrak Agustus 2020 tercatat US$1.779,4 per troy ounce pada pukul 14.06 WIB. Adapun harga emas di pasar spot terpantau di level US$1.769,2 per troy ounce.
Monex Investindo Futures dalam laporannya menyebut ada tiga faktor yang membuat harga emas terkerek. Ketiga faktor itu tidak terlepas dari pandemi virus corona (Covid-19) yang sedang melanda dunia.
"Harga emas mampu mempertahankan kenaikan pada hari Rabu (1/7/2020) karena didukung oleh kombinasi kuat dari suku bunga rendah, stimulus moneter dan fiskal global yang sedang berlangsung, dan ketidakpastian pemulihan ekonomi akibat Covid-19," papar Monex Investindo Futures dalam laporannya, Rabu (1/7/2020).
Gejolak dalam gesekan perdagangan AS dan Cina juga memberikan dukungan pada harga emas, sehingga sejumlah lembaga termasuk Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan kenaikan harga emas lebih lanjut.
Secara teknikal, Monex memprediksi harga emas berpotensi bergerak naik menguji level resistan di US$1.786. Penembusan level resistan tersebut berpeluang menopang kenaikan harga emas menguji level resistan selanjutnya di US$1.789 - US$1.792.