Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupee India Bisa Sudahi Masa Paceklik, Ini Pendorongnya

Survei Bloomberg memaparkan nilai tukar rupee bisa menguat ke level 75 per dolar AS sebelum akhir Desember 2020 atau naik sekitar 1 persen dari level penutupan 75,6475 pada perdagangan Jumat (26/6/2020). Adapun, sepanjang tahun ini, nilai tukar rupee telah melemah 5,6 persen.
Logo Reserve Bank of India di depan kantor pusat sentral di Mumbai, India./Bloomberg
Logo Reserve Bank of India di depan kantor pusat sentral di Mumbai, India./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah mencatat kinerja terburuk di Asia sepanjang tahun ini, nilai tukar mata uang rupee India diperkirakan akan ambil bagian dalam pemulihan yang terlihat di pasar negara berkembang (emerging market).                                        

Survei Bloomberg memaparkan nilai tukar rupee bisa menguat ke level 75 per dolar AS sebelum akhir Desember 2020 atau naik sekitar 1 persen dari level penutupan 75,6475 pada perdagangan Jumat (26/6/2020). Adapun, sepanjang tahun ini, nilai tukar rupee telah melemah 5,6 persen.

Menurut Barclays Plc. dan Scotiabank, prospek surplus transaksi berjalan menyusul arus masuk asing yang kuat dan jatuhnya harga minyak global akan membantu mendorong rupee bergerak ke posisi lebih tinggi.

Membaiknya kondisi dalam sektor jasa India dan data perdagangan pada Mei setelah pelonggaran secara bertahap pasca-lockdown juga menjadi pertanda baik bagi aliran ke dalam aset-aset lokal di masa mendatang.

“Gambaran aliran masuk telah berubah sangat positif untuk rupee, dengan banyak perusahaan menarik minat asing,” ujar Kepala valuta asing di Edelweiss Securities Pvt. Sajal Gupta, seperti dilansir dari Bloomberg.

“Rupee dapat naik ke level tertinggi 72 sebelum akhir tahun,” katanya seraya memprediksi kenaikan sekitar 5 persen.

Adapun, dana asing telah menumpuk sekitar US$4,6 miliar ke dalam saham-saham India pada kuartal ini. Sebagian besar dari aliran tersebut adalah karena penawaran surat berharga (rights offering) oleh Reliance Industries Ltd. dan penjualan saham dalam Kotak Mahindra Bank Ltd. dan Bharti Airtel Ltd.

Pada saat yang sama, neraca transaksi berjalan India akan berubah menjadi surplus pada kuartal yang berakhir pada Juni karena impor turun lebih cepat daripada ekspor.

Barclays Plc. memperkirakan surplus, untuk pertama kalinya sejak 2004, akan mencapai sekitar 1 persen dari produk domestik bruto.

"Peningkatan dalam metrik-metrik eksternal India telah mengurangi beberapa dampak dari dislokasi yang disebabkan oleh pandemi [Covid-19]," ujar Analis valuta asing di Barclays, Singapura, Ashish Agrawal.

“Kendati harga minyak yang rendah mendukung ketentuan perdagangan India, kami pikir dampak yang lebih besar pada neraca berjalan akan datang dari berkurangnya permintaan untuk impor minyak dan non-minyak,” jelasnya.

Meski begitu, perjalanan hingga akhir tahun sepertinya tidak akan mulus.

Seperti halnya di kawasan lain, optimisme yang mendorong aliran masuk ke dalam saham belum didukung oleh peningkatan berarti dalam data ekonomi.

Bank sentral India (Reserve Bank of India/RBI) kemungkinan akan terus membeli dolar AS karena mengakumulasi cadangan dan berupaya untuk meningkatkan ekspor, sehingga memperlambat penguatan mata uang tersebut.

"Rupee akan pulih dalam beberapa bulan mendatang. Jika bukan karena pembelian dolar olah bank sentral, rupee akan menguat pula pada kuartal ini,” tutur pakar strategi mata uang di Kotak Securities Ltd. Anindya Banerjee.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper