Bisnis.com, JAKARTA – Lonjakan konstan pada kurva imbal hasil (yield) Jepang meningkatkan risiko rencana pembelian obligasi besar-besaran oleh bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), pada Selasa mendatang.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (29/6/2020), spread antara tingkat imbal hasil obligasi tenor 10 tahun dengan 30 tahun melebar untuk ketiga kali secara beruntun pada bulan Juni. Tren tersebut merupakan kenaikan terpanjang sejak September 2018.
Pasar obligasi Jepang tengah tertekan menyusul rencana Kementerian Keuangan Jepang yang menambah penerbitan surat utang senilai 60 Triliun Yen atau US$560 miliar hingga Maret 2021 untuk membiayai paket stimulus. Dampak kebijakan ini pun diperparah dengan pengurangan penyerapan obligasi tenor panjang oleh bank sentral Jepang.
Investor yang dibayangi kehilangan return pada portofolionya berharap pembelian obligasi tenor panjang oleh BOJ dapat meringankan tekanan yang terjadi pada pasar saat ini. Adapun Bank of Japan saat ini telah mengurangi penyerapan obligasi tenor panjang secara bertahap untuk mengurangi dampak negatif dari quantitative easing yang dilakukan.
“Pada awalnya, pasar obligasi menerima sentimen penambahan ini dengan baik, tetapi perlahan-lahan kekhawatiran akan penyerapannya mulai memunculkan tekanan. Lonjakan kurva imbal hasil menjadi cerminan kekhawatiran tersebut,”jelas Chief Bond Strategist di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities Co., Jun Ishii
Bank of Japan telah menyerap utang dengan masa jatuh tempo lebih dari 10 tahun sebanyak 302,4 miliar Yen pada bulan lalu. Jumlah tersebut jauh berada di bawah catatan pada September 2016 saat kebijakan yield curve control dilakukan Jepang. Kala itu, BOJ menyerap obligasi senilai 1,6 triliun Yen.
Baca Juga
Gubernur bank sentral Jepang, Haruhiko Kuroda mengatakan tingkat imbal hasil obligasi Jepang dengan tenor panjang tidak setinggi negara lainnya. Adapun rencana pembelian obligasi oleh BOJ akan diumumkan pada Selasa (30/6/2020) besok pukul 17.00 waktu setempat.
“Bank of Japan tampak tidak ingin menambah kepemilikan mereka terhadap obligasi Jepang dengan tenor panjang, yang terlihat dari penyataan Gubernur Bank of Japan. Pasar juga tidak berharap banyak terkait adanya kenaikan penyerapan,” ujar Senior Rates Strategist di Nomura Securities Co., Takenobu Nakashima.