Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh, IHSG Berpeluang Melemah Awal Pekan Ini. Kenapa ya?

Pada perdagangan Jumat (26/06/2020), IHSG ditutup menguat 7 poin atau 0,15 persen menjadi 4.904, dimana sektor infrastruktur, properti, dan barang konsumsi menjadi kontributor terbesar terhadap kenaikan.
Pengunjung melintas di dekat papan layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (22/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melintas di dekat papan layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (22/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pilarmas Investindo Sekuritas memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki peluang bergerak bervariatif cenderung melemah dan di-trading-kan pada level 4.850-4.968 secara teknikal.

Pada perdagangan Jumat (26/06/2020), IHSG ditutup menguat 7 poin atau 0,15 persen menjadi 4.904. Sektor infrastruktur, properti, dan barang konsumsi menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG. Sementara, investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp697 miliar rupiah.

Pilarmas Investindo menilai sentimen global masih sangat mempengaruhi indeks salah satunya adalah Gubernur Amerika yang kembali memutarbalikkan rencana untuk melakukan pembukaan kembali lockdown setelah adanya kenaikkan besar dalam kasus penyebaran wabah virus corona. Saat ini penularan tersebut semakin berkembang dengan cepat di Amerika.

Penutupan kembali dinilai akan menjadi salah satu faktor yang akan menggoyahkan ekspektasi dan harapan akan geliat ekonomi yang lebih baik setelah pembukaan perekonomian.

"Ditengah situasi dan kondisi seperti ini, kami masih belum cukup yakin bahwa semester 2 bisa lebih baik dari semester 1. Namun apapun bisa saja terjadi, karena tidak ada seseorang pun yang bisa meramal dengan pasti mengenai masa depan," tulisnya.

Pekan ini, rilisnya data-data ekonomi akan membuahkan ide langkah-langkah apa yang akan terjadi selanjutnya. Beberapa data ekonomi yang dinantikan adalah MNI Chicago PMI, Conf. Board Consumer Confidence, ADP Employment Change, Markit US Manufacturing PMI, Construction Spending MoM dan ISM Manufacturing yang diperkirakan akan mengalami kenaikkan.

Dari Asia, data Manufacturing PMI & Non Manufacturing PMI diperkirakan mengalami penurunan sebagai akibat dari mulai melambatnya perekonomian China.

Adapun, Jepang akan nerilis data penjualan ritel yang diperkirakan akan mulai membaik, namun tingkat pengangguran dan rasio pelamar kerja diperkirakan masih memburuk.

"Sejauh ini kami melihat bahwa selama penyebaran virus tersebut belum bisa dikendalikan dengan baik, maka seperti apapun bentuk stimulusnya akan selalu kurang," sambung sekuritas.

Dari dalam negeri, inflasi diperkirakan akan mengalami penurunan di tengah masih meningkatnya korban wabah virus corona, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi daya beli.

Secara proyeksi inflasi secara tahunan akan mengalami penurunan dari sebelumnya 2,19 persen menjadi 1,85 persen, dan ketika inflasi kembali mengalami penurunan, maka hal tersebut akan memberikan dampak yang kurang baik terhadap perekonomian Indonesia yang diproyeksi mengalami penurunan oleh IMF.

Dan sebagai catatan, perekonomian Indonesia diprediksi mengalami penurunan, maka pelaku pasar dan investor akan beralih ke imbal hasil yang lebih tinggi khususnya di sisi obligasi.

Pemerintah sebelumnya menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 30 Tahun 2020 tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbuka dimana pemerintah pangkas tarif PPh Badan dari 25 persen menjadi 22 persen mulai 2020.

PP 30/2020 menyebutkan, penyesuaian tarif PPh WP badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap turun menjadi 22 persen untuk tahun pajak 2020 dan 2021. Lalu, tarifnya turun lagi jadi 20 persen untuk tahun pajak 2022, yang merupakan kabar baik bagi korporasi di tengah tekan bisnis yang sedang lesu akibat corona.

Kebijakan tersebut dinilai memberikan banyak dampak positif untuk bisnis atau industri di dalam negeri dimana pandemi Covid-19 membuat perusahaan membutuhkan likuiditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper