Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan di zona merah hingga akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (25/6/2020).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG terpantau melemah 1 persen atau 49,98 poin ke level 4.914,76 pada jeda siang. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 4.908,5-4.964,34.
Pada perdagangan Rabu (24/6/2020), IHSG berakhir berakhir naik tajam 1,75 persen atau 85,6 poin ke level 4.964,73.
Indeks sebelumnya mengawali perdagangan hari ini dengan pelemahan 0,85 persen ke level 4.922,68. Tercatat 108 saham menguat, 278 saham melemah, dan 131 saham stagnan.
Seluruh 9 sektor dalam IHSG bergerak negatif, didorong oleh sektor aneka industri yang melemah 1,44 persen dan disusul sektor perdagangan dengan pelemahan 1,42 persen.
Hingga akhir sesi I, volume perdagangan saham IHSG mencapai 4,21 miliar lembar saham, dengan nilai mencapai Rp3,43 triliun. Sementara itu, investor asing mencatat net sell senilai Rp21,78 miliar.
Baca Juga
Sementara itu, pergerakan bursa Asia mayoritas melemah pagi ini. Indeks Nikkei 225 turun 1,13 persen, indeks FTSE Straits Times melemah 1,25 persen, sedangkan perdagangan di indeks Hang Seng dan Shanghai Composite libur.
Salah satu sentimen pemberat pergerakan saham hari ini kekhawatiran investor terhadap kenaikan kasus positif virus corona di sejumlah negara. Hal tersebut dapat membuat pemerintah negara memperlambat atau bahkan membatalkan pembukaan kembali kegiatan ekonomi.
Selain itu, muncul potensi adanya ketegangan di sektor perdagangan antara Uni Eropa dengan Amerika Serikat. Pemerintah AS mempertimbangkan untuk memberi tarif sebesar US$3,1 miliar untuk ekspor barang dari Perancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris.
Pada saat yang sama, AS juga berencana untuk menetapkan tarif ekspor baru kepada barang ekspor lain seperti zaitun, bir, dan truk serta menambah bea masuk untuk barang lain seperti pesawat, keju, dan yogurt. Di sisi lain, Uni Eropa berencana untuk melarang turis asal AS masuk ke negara-negara anggotanya.
Portfolio Manager di Wells Fargo Asset Management, Margie Patel mengatakan, pasar saham kembali merasakan sentimen negatif virus corona yang berpotensi memperlambat proses pembukaan kegiatan ekonomi dan menekan pergerakan saham.
"Pergerakan positif yang berlangsung sejak akhir Maret lalu sepertinya memang harus terkontraksi selama beberapa waktu," katanya.
Sementara itu, International Monetary Fund (IMF) telah merevisi outlook perekonomian dunia dan memperkirakan resesi akan kian dalam dan pemulihan yang berjalan lebih lama dari perkiraan sebelumnya.