Bisnis.com JAKARTA - Tanda pemulihan harga minyak kembali dibayangi kelebhan pasokan. Ini terjadi setelah harga minyak sempat mendidih setelah produsen sepakat memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir Juli 2020.
Dilansir dari Bloomberg, stok bensin dan sulingan minyak memang turun pekan lalu. Data stok yang dilansir The U.S Energy Information Administration (EIA) mencerminkan terjadi kenaikan permintaan minyak saat pembatasan sosial di beberapa negara bagian dilonggarkan.
Namun, pasokan minyak mentah diperkirakan masih tinggi, dan mengancam pemulihan harga minyak yang dimulai sejak akhir April 2020. Untuk diketahui, persediaan minyak AS mencetak rekor pada pekan kedua Juni setelah produksi anjlok 600.000 barel per hari.
Manajer Portofolio Tortoise Rob Thummel mengatakan stok minyak sulingan merupakan pertanda jelas bahwa perekonomian akan dibuka kembali. "Tapi kita masih perlu melihat pasokan turun. Itu akan menjadi katalis untuk harga minyak bergerak lebih tinggi,"ujarnya.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2020 turun 19 ssen menjadi US$38,19 per barel. Sementara itu minyak jenis Brent untuk pengiriman Agustus 2020 turun 10 sen menjadi US$40,85 per barel.
Selain bayang-bayang peningkatan pasokan, prospek harga minyak juga dihantui penurunan permintaan. Gelombang kedua penyebaran virus corona (Covid-19) di China membuat pemerintah membatalkan lebih dari 1.200 penerbangan.
Baca Juga
Sebelumnya, Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC memperkirakan permintaan emmang akan berada di bawah tekanan selama paruh kedua tahun ini. Kejatuhan ekonomi di beberapa negara memaksa permintaan minyak tertahan atau bahkan turun.
Negara produsen minyak seperti Arab Saudi, Rusia, dan anggota koalisi OPEC+ akan mengadakan pertemuan online pada hari ini, Kamis (18/6/2020) untuk mengevaluasi dampak pemotongan produksi terhadap harga minyak.
Di sisi lain, laporan EIA menunjukkan produksi minyak mentah AS turun 600.000 barel menjadi 10,5 juta per hari.