Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjelasan The Fed Membuat Harga Emas Berbalik Melemah

Pada perdagangan Rabu (17/6/2020) pukul 10.12 WIB, emas spot turun 0,07 persen menjadi US$1.725,24 per troy ounce. Adapun, emas Comex kontrak Agustus 2020 terkoreksi 0,29 persen menuju US$1.731,5 per troy ounce.
Bongkahan emas./Bloomberg
Bongkahan emas./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Emas menguat selama tiga sesi berturut-turut setelah Chairman The Federal Reserve Jerome Powell kembali menggarisbawahi risiko pemulihan ekonomi dari pandemi corona masih tinggi. Namun, penjelasan rencana stimulus berhasil menguatkan dolar AS sekaligus mengikis kenaikan logam mulia.

Pada perdagangan Rabu (17/6/2020) pukul 10.12 WIB, emas spot turun 0,07 persen menjadi US$1.725,24 per troy ounce. Adapun, emas Comex kontrak Agustus 2020 terkoreksi 0,29 persen menuju US$1.731,5 per troy ounce.

Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,08 persen menuju 97,04. Indeks dolar AS rebound dari level 96 yang mengikis penguatan sepanjang 2020.

Mengutip laporan Monex Investindo Fuutres, harga emas nampak melemah di awal sesi Rabu(17/6) di tengah kembali menguatnya dolar AS, setelah pidato Gubernur The Fed Jerome Powell semalam. Pernyataan Powell menenangkan kekhawatiran pasar terhadap program pembelian surat hutang swasta The Fed yang diumumkan Senin lalu.

Dia menjabarkan lebih detil dari rencana pembelian surat hutang perusahaan-perusahaan swasta yang akan di lakukan oleh The Fed. Termasuk syarat-syarat surat hutang yang akan di beli dan di tolak oleh The Fed, memicu kembalinya kepercayaan pasar terhadap upaya pemulihan ekonomi AS.

Sebelumnya, khawatir bahwa dolar AS akan melemah di tengah upaya stimulus yang berlebihan oleh pemerintah AS dan The Fed, dolar AS melemah di awal sesi perdagangan Selasa.

Seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (17/6/2020), Powell mengatakan masih ada ketidakpastian yang signifikan mengenai selama apa dan sekuat apa ekonomi mampu pulih, apalagi saat ini data-data ekonomi termasuk angka tenaga kerja masih sangat jauh di bawah level sebelum pandemi. Pernyataan yang dia sampaikan melalui konferensi video sebelum rapat

Senat Komite Perbankan pada hari Selasa (16/7/2020) waktu setempat itu kembali menguatkan pandangannya pekan lalu yang disampaikan usai para pengambil kebijakan mengisyaratkan suku bunga acuan bakal tetap mendekati nol.

Di sisi lain, pernyataan Powell kembali menjadi sentimen pemberat laju pasar, seiring dengan kekhawatiran akan gelombang baru penyebaran pandemi di AS dan China. Sebaliknya, sejumlah data tengah menunjukkan bahwa ekonomi mulai kembali bergerak.

Data yang rilis Selasa (16/6/2020) menyebutkan penjualan ritel AS naik paling tinggi di bulan Mei, dua kali lipat dari kenaikan yang diperkirakan para ekonom. Sementara output industri mengindikasikan pemulihan bertahap di pabrik-pabrik.

Assistant Commodities Economist dari Capital Economits, Kieran Clancy mengatakan sentimen ganda seperti ini dapat berlangsung selama satu atau dua bulan mendatang. Menurutnya, dikotomi di pasar akan semakin terlihat.

“Risiko jelas masih tinggi di horizon pasar saat ini dan pasar masih sangat sensitif. Meskipun ada kabar menggembirakan dari data-data yang rilis, tak bisa dipungkiri bahwa kondisi tersebut berasal dari titik yang amat rendah,” ujarnya.

Sementara itu, rentang harga perdagangan emas kian terbatas selama satu bulan terakhir. Laju aset safe haven ini tertahan setelah pandemi memicu gelombang stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya, memperkuat daya tarik aset berisiko.

Salah satu stimulus yang tengah mencuat adalah kabar bahwa Trump tengah mempersiapkan proposal infrastruktur hampir US$1 triliun sebagai upaya untuk memacu ekonomi. Adapun sebelumnya, The Fed mengatakan akan mulai membeli obligasi korporasi individual dan memperluas program pinjaman.

Di sisi lain, Bank Sentral Jepang telah meningkatkan stimulus pinjaman untuk perusahaan-perusahaan yang kesulitan. Sementara Beijing tengah meningkatkan tes massal untuk mengantisipasi gelombang kedua Covid-19.

Kemudian, ketegangan antara Cina dan India juga menjadi perhatian investor. Begitu pula dengan kabar bahwa pemerintah Korea Utara sedang meninjau sebuah rencana untuk mengirim pasukan ke zona demiliterisasi yang memisahkannya dari Korea Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper