Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gelombang Kedua Covid-19 Mengancam, Bursa Saham AS Terbenam

Pergerakan tiga indeks saham utama di bursa Wall Street Amerika Serikat serempak anjlok pada awal perdagangan hari ini, Kamis (11/6/2020), di tengah kekhawatiran soal prospek ekonomi.
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan tiga indeks saham utama di bursa Wall Street Amerika Serikat serempak anjlok pada awal perdagangan hari ini, Kamis (11/6/2020), di tengah kekhawatiran soal prospek ekonomi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham acuan S&P 500 turun tajam 2,53 persen atau 80,76 poin ke level 3.109,38 pada pukul 09.11 pagi waktu New York.

Sementara itu indeks Dow Jones Industrial Average tersungkur 3,33 persen atau 898,41 poin ke posisi 26.091,58 dan indeks Nasdaq Composite merosot 1,78 persen atau 178,13 poin ke level 9.842,22.

Indeks S&P 500 bergerak menuju koreksi hari ketiga, dengan 480 sahamnya terbenam di zona merah. Saham maskapai penerbangan, operator kapal pesiar, dan perusahaan perjalanan yang melonjak dalam beberapa pekan terakhir kini tertekan.

Sementara itu, saham perusahaan energi, keuangan, dan industri mendorong penurunan pada awal perdagangan hari ini.

Meski aksi jual saham sedikit banyak disebabkan profit taking pascapenguatan baru-baru ini, sentimen pasar memburuk dengan meningkatnya tanda-tanda gelombang kedua virus corona (Covid-19) yang bisa terjadi di beberapa negara bagian.

Di sisi lain, klaim pengangguran AS tetap tinggi sehingga menggarisbawahi tantangan jangka panjang yang disebabkan oleh pandemi virus mematikan tersebut.

Menurut data Departemen Tenaga Kerja AS, klaim pengangguran awal mencapai 1,54 juta orang untuk pekan yang berakhir pada 6 Juni, lebih rendah dari 1,9 juta pada pekan sebelumnya.

Permohonan untuk jaminan pengangguran telah turun secara konsisten setiap pekan sejak memuncak pada akhir Maret. Namun, volume pengajuan secara mingguan masih lebih dari dua kali lipat raihan pada pekan terburuk selama periode Great Recession.

Laporan itu dirilis sehari setelah bank sentral Federal Reserve menyampaikan pandangan yang suram bagi perekonomian. Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 akan berlangsung lama.

Dalam pertemuan kebijakan yang berakhir Rabu (10/6) waktu setempat, The Fed memutuskan mempertahankan kisaran target bunga acuan 0 - 0,25 persen dan berkomitmen menggunakan seluruh instrumen untuk memulihkan perekonomian dari pandemi itu.

“Ada ketidakpastian yang sangat besar. Pasar melihat The Fed mengatakan tentang kekhawatiran. Pesan itu masih merupakan pesan yang cukup suram bagi investor,” tutur Ahli Strategi Portofolio Multi-Aset di New York Life Investments, Lauren Goodwin, dikutip dari Bloomberg, Kamis (11/6/2020). 

Sejalan dengan Wall Street, indeks Stoxx Europe 600 terjungkal 2,9 persen dan indeks MSCI Asia Pacific anjlok 2,1 persen. Harga minyak mentah West Texas Intermediate pun terjerembap 7,4 persen menjadi US$36,65 per barel.

Sebaliknya, aset safe haven yen Jepang terapresiasi 0,2 persen ke posisi 106,94 per dolar AS dan Bloomberg Dollar Spot Index melompat 0,6 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper