Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Catatkan Rugi, Timah (TINS) Absen Bagi Dividen

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Kamis (11/6/2020), pemegang saham menyetujui keputusan perseroan untuk tidak membagikan dividen bercermin dari laporan keuangan yang telah diaudit untuk tahun buku 2019.
Jajaran Komisaris dan Direksi baru PT Timah Tbk. setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Senin (10/2/2020) di Jakarta./ Bisnis - Finna U. Ulfah
Jajaran Komisaris dan Direksi baru PT Timah Tbk. setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Senin (10/2/2020) di Jakarta./ Bisnis - Finna U. Ulfah

Bisnis.com, JAKARTA – PT Timah Tbk. (TINS) absen membagikan dividen pada tahun ini mengingat perseroan mencatatkan rugi sebesar Rp611,28 miliar pada tahun lalu.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Kamis (11/6/2020), pemegang saham menyetujui keputusan perseroan untuk tidak membagikan dividen bercermin dari laporan keuangan yang telah diaudit untuk tahun buku 2019.

Sebelumnya, TINS diketahui membagikan dividen senilai Rp185,97 miliar untuk tahun buku 2018. Torehan tersebut sebanding dengan 35 persen dari laba bersih perseroan sebesar Rp531,35 miliar, sehingga perseroan menebar dividen sebesar Rp24,97 per lembar saham pada tahun lalu.

Kendati dinobatkan sebagai produsen timah terbesar di dunia pada tahun lalu, perang dagang antara Amerika Serikat dan China dinilai sebagai faktor tertekannya harga timah di pasar dunia.

Sebagai catatan, pada 2019, harga rata-rata logam timah dunia yang tercatat di London Metal Exchange (LME) adalah sebesar US$18.569/Metrik Ton, terkontraksi sebesar 7 persen dibandingkan dengan harga rata-rata tahun sebelumnya yakni US$20.134/Metrik Ton.

Direktur Utama Timah Mochtar Riza Pahlevi Tabrani mengatakan pandemi Covid-19 sangat berpotensi mempengaruhi harga logam timah dunia, sehingga perseroan harus selektif dalam merespon dinamika pasar global.

“Hal ini sebagai ikhtiar untuk memperbaiki profitabilitas dan memperkuat fundamental perseroan di tengah kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian saat ini,” ujarnya dikutip dari keterangan pers yang diterima Bisnis, Kamis (11/6/2020).

Emiten pertambangan pelat merah tersebut juga berkontribusi kepada negara berupa Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dibayarkan oleh perseroan sebesar Rp1,2 triliun pada tahun lalu.

Realisasi tersebut naik 46,43 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp818,37 miliar. Adapun, royalti tercatat sebesar Rp556,73 miliar atau naik 89,08 persen dari tahun sebelumnya yakni Rp294,45 miliar.

EFISIENSI BEBAN

Manajemen TINS juga melakukan sejumlah upaya berbasis efisiensi guna mendukung kinerja keuangan perseroan dengan menjaga kesehatan posisi keuangan sekaligus mengurangi beban bunga sebagai upaya mengoptimalkan arus kas pada tahun ini.

Pada paruh pertama tahun ini, perusahaan secara bertahap melakukan de-leveraging dengan mengurangi posisi utang berbunga, disamping re-profiling utang bank baik dari jenis mata uang hingga jadwal pelunasan.

“TINS juga berupaya untuk mengejar efisiensi biaya di semua lini produksi untuk menekan beban produksi dan beban usaha perusahaan,” tulis manajemen dalam rilis persnya.

Sebagai contoh, perseroan mencapai kesepakatan dengan pihak ketiga untuk memberikan kompensasi bahan baku yang lebih ekonomis, seiring dengan efisiensi di beberapa lini operasi dan produksi.

Untuk menjaga kesinambungan usaha dan antisipasi persaingan bisnis timah di masa mendatang, TINS berkomitmen melakukan eksportasi logam timah dengan menyiapkan smelter baru berteknologi ausmelt yang lebih efisien dari sisi biaya produksi dan proses pengolahannya.

Pada 2019, anggota holding BUMN tambang tersebut diketahui meraup pendapatan sebesar Rp19,3 triliun, naik 75,2 persen secara yoy. Adapun, volume produksi logam timah TINS mencapai 76.389 Metrik Ton dengan volume penjualan sebesar 67.704 Metrik Ton.

Namun, kinerja produksi dan pendapatan yang signifikan tersebut belum berbanding lurus dengan kinerja laba bersih yang mencatat rugi bersih sebesar Rp611,28 miliar.

Tekanan di pos beban pokok pendapatan dan beban bunga menjadi salah satu penyebab tergerusnya laba TINS. Sehingga, upaya efisiensi yang dilakukan seiring dengan meningkatnya produksi tidak dapat mengimbangi kecepatan turunnya harga logam timah dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper