Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Sawit Malaysia Terancam Kehilangan US$2,8 Miliar akibat Kekurangan Pekerja

Menurut data Rabobank, lebih dari 70 persen tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit Malaysia dihuni pekerja asing. Seiring penyebaran wabah yang masih mengancam, pergerakan manusia dibatasi sehingga sektor andalan Negeri Jiran itu praktis kekurangan pekerja.
Pekerja memindahkan tandan buah segar sawit./Sanjit Das-Bloomberg
Pekerja memindahkan tandan buah segar sawit./Sanjit Das-Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Industri minyak kelapa sawit Malaysia terancam kehilangan 25 persen jumlah produksi tahunan – sekitar US$2,8 miliar – akibat kekurangan pekerja. Jumlah pekerja menurun sejak wabah virus corona (Covid-19) merebak dan membuat negara membatasi bepergian.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (5/6/2020), tenaga kerja di industri perkebunan sawit Malaysia didominasi buruh migran dari Indonesia, Bangladesh, dan India. 

Data dari Rabobank menyebutkan, lebih dari 70 persen tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit Malaysia dihuni pekerja asing. Seiring penyebaran wabah yang masih mengancam di wilayah Asia Tenggara, pemerintah Malaysia memilih untuk membatasi pergerakan pekerja asing yang masuk ke Negeri Jiran tersebut.

“Sebelumnya, ketika ada pekerja yang keluar, hal itu diikuti dengan arus masuk pekerja lain. Namun, sekarang tidak ada pekerja yang masuk dan angka pekerja yang keluar lebih banyak,”ujar Chief Executive Malaysian Palm Oil Association Nageeb Wahab.

Nageeb melanjutkan, produksi minyak kelapa sawit diperkirakan akan turun 10 persen akibat cuaca kering dan proses fertilisasi yang tidak begitu agresif. Angka ini diproyeksikan akan naik seiring dengan kurangnya tenaga kerja yang ada.

Pada April lalu, produsen utama minyak kelapa sawit Malaysia, United Plantations Bhd mengingatkan investor akan hal-hal yang dapat mengancam produksi pada paruh kedua tahun 2020. 

Manajemen perusahaan mengatakan, proses lockdown yang dilakukan pemerintah Malaysia akan menghambat masuknya tenaga kerja asing asal Indonesia, Bangladesh, atau India, yang umumnya menjadi penyedia utama industri ini.

Head of Commodities di Fitch Solutions, Aurelia Britsch mengatakan,pandemi virus corona membuat masalah ketenagakerjaan di industri ini berubah dari persoalan jangka panjang menjadi jangka pendek.

Britsch memperkirakan, krisis ketenagakerjaan ini akan semakin memburuk. Pemerintah Malaysia diperkirakan akan mengambil pengetatan kebijakan imigrasi.

“Tantangan ini akan semakin besar karena ketergantungan industri minyak kelapa sawit Malaysia terhadap tenaga kerja asing,” ujarnya.

Selain itu, Malaysia juga akan berhadapan dengan masalah upah pekerja. Mereka harus bersaing dengan Indonesia yang menawarkan upah yang lebih menarik. Hal ini juga ditambah dengan masalah eksploitasi pekerja yang menghantui pekerja industri minyak kelapa sawit  Malaysia.

Sementara itu, pekerja asing yang tertahan di Malaysia juga menghadapi masalah lain. Menurut laporan dari International Labour Organization (ILO), sejumlah pekerja kesulitan mendapatkan makanan dan keperluan pokok lainnya.

Salah satu kelompok pekerja di perkebunan kelapa sawit Malaysia berasal dari Indonesia. Program Officer Migrant Care, Zana Amir mengatakan, Pekerja Migran Indonesia (PMI), baik legal maupun ilegal lebih memilih pulang ke Indonesia karena tidak memiliki penghasilan untuk tinggal di Malaysia.

“Mereka juga mengkhawatirkan adanya razia pekerja ilegal yang diadakan oleh pemerintah Malaysia,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper