Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 ternyata juga berimbas terhadap pembatalan penyelenggaraan ibadah haji pada 2020.
Emiten penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menyatakan bakal kehilangan pendapatan yang cukup signifikan dari pembatalan ibadah haji tahun ini.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menyampaikan pendapatan dari penyelenggaraan ibadah haji berkontribusi kurang lebih 10 persen dari total pendapatan tahunan.
Namun, hal ini tetap menjadi pukulan cukup besar untuk emiten pelat merah tersebut setelah omzetnya tergerus akibat larangan mudik yang juga berlaku pada pertengahan tahun ini.
“Untung kami dari penerbangan jamaah haji itu tidak boleh banyak-banyak amat. Kami sepakat tidak boleh ambil untung dari aktivitas seperti itu,” ujar Irfan setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Jumat (5/6/2020).
Baginya, doa dari jamaah haji yang terbang bersama Garuda Indonesia malah lebih penting dibanding meraup untung dari kegiatan ibadah tersebut.
Baca Juga
Ditambah lagi, dana penyelenggaraan ibadah tersebut diaudit oleh Badan Pengawas Keuangan (BPK) sehingga pihaknya berkomitmen untuk tidak mengambil profit yang besar dari tahun ke tahun.
Garuda cukup beruntung karena belum mengeluarkan dana yang cukup besar untuk penyelenggaraan haji tahun ini. Menurut Irfan, semua kegiatan tersebut kemungkinan besar masih bisa dilakukan setelah pandemi mereda.
Untuk diketahui, merujuk laporan keuangan 2019, pendapatan haji berkontribusi sebesar US$249,9 juta atau 5,46 persen dari total pendapatan.
Lebih lanjut, perseroan membukukan laba bersih sebesar US$6,98 juta pada 2019, setelah pada tahun sebelumnya membukukan rugi sebesar US$231,15 juta. Laba pada tahun lalu sejatinya dikontribusikan oleh pertumbuhan pendapatan sebesar 5,59 persen menjadi US$4,57 miliar.