Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan Moneter Kurang Agresif, Pasar Obligasi China Kian Lesu

Yield obligasi China naik 20 basis poin dan sejak awal Mei 2020, menjadikan obligasi pemerintah China sebagai obligasi pemerintah dengan performa terburuk kedua dunia setelah Bulgaria. Hal ini antara lain disebabkan oleh kekhawatiran investor terhadap kebijakan ekonomi pemerintah China yang tidak cekatan dalam upaya memulihkan ekonomi.
Pemandangan Shanghai, China dari atas./Bloomberg-Qilai Shen
Pemandangan Shanghai, China dari atas./Bloomberg-Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar obligasi China diperkirakan akan kian lesu seiring dengan keengganan pemerintah China melancarkan kebijakan moneter yang agresif.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (4/6/2020), imbal hasil (yield) obligasi pemerintah China tenor 10 tahun telah menyentuh 2,85 persen pada Rabu, level tertinggi sejak Februari. Adapun lonjakan yield ini telah terjadi sebanyak 20 basis poin dan sejak awal Mei 2020 sekaligus menjadikan obligasi pemerintah China sebagai obligasi pemerintah dengan performa terburuk kedua dunia setelah Bulgaria.

Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah kekhawatiran investor terhadap kebijakan ekonomi pemerintah China yang tidak akan melakukan broad easing dalam upayanya memulihkan ekonomi.

Hal tersebut diumumkan pemerintah China bersamaan dengan penetapan kebijakan baru untuk mendorong pertumbuhan kredit. Sementara di sisi lain, Bank Sentral China pada Selasa lalu berkomitmen untuk melonggarkan kebijakan moneter.

Selain itu, China juga memiliki selisih pendanaan atau funding gap sebesar US$380 juta pada bulan ini. Hal ini akan menimbulkan risiko pinjaman yang lebih tinggi dan membuat pembelian obligasi pemerintah menjadi kurang atraktif.

“Investor obligasi saat ini khawatir karena keyakinan mereka terhadap kebijakan pelonggaran moneter di China tidak terbukti," ujar Chen Qi, Chief Strategist di Shanghai SilverLeaf Investment Co.

Dia menambahkan, saat ini sentimen pasar sedang cukup bearish sehingga tidak tepat untuk membeli surat utang negara. Oleh karena itu, dia memperkirakan yield obligasi pemerintah China dengan tenor 10 tahun dapat menyentuh 3 persen dalam waktu dekat.

Selisih tingkat imbal hasil antara obligasi pemerintah China dengan tenor 10 tahun dan 1 tahun saat ini berada di tingkat terendah sejak Mei. Hal ini terjadi karena laju kenaikan yield obligasi tenor pendek lebih cepat dibandingkan dengan tenor panjang.

Selain itu, biaya interest swap China periode 12 bulan terus mengalami kenaikan pada hari rabu setelah mengalami lonjakan terbesarnya dalam tujuh tahun sehari sebelumnya. Analis Citigroup Inc. Sun Lu dalam laporannya mengatakan, biaya kontrak diperkirakan akan mengalami kenaikan lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper