Bisnis.com, JAKARTA - Penyelesaian proyek penghiliran milik emiten pertambangan logam, PT Kapuas Prima Coal Tbk., tertunda seiring dengan masih berlangsungnya pandemi Covid-19.
Direktur Kapuas Prima Coal Hendra Susanto mengatakan bahwa terdapat penundaan terhadap progres proyek penghiliran milik perseroan yang tengah berjalan. Hal itu dikarenakan penerapan kebijakan lockdown di Negara asal tenaga ahli sehingga penundaan pun tidak dapat dihindari.
“Akan tetapi perseroan akan terus memonitor kondisi sampai kembali normal, dan akan kami kejar keterlambatan karena pandemi,” ujar Hendra kepada Bisnis, Rabu (3/6/2020).
Adapun, emiten berkode saham ZINC itu memiliki dua proyek penghiliran yaitu proyek smelter pemurnian timbal di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah dan pemurnian seng.
Menurut Hendra, smelter pemurnian timbal milik perseroan saat ini akan masuk ke tahap commissioning, yaitu satu tahap sebelum akhirnya uji coba produksi secara komersial.
Smelter konsentrat timbal tersebut nantinya akan memproduksi maksimal 40.000 ton konsentrat per tahun untuk memproduksi 20.000 ton metal timbal per tahun.
Baca Juga
Hendra menjelaskan, ketika beroperasi nanti, smelter ini akan menjadi smelter pemurnian timbal pertama di Indonesia.Sementara itu, untuk smelter seng yang juga masih dalam tahap pembangunan nantinya akan memiliki kapasitas produksi 30.000 ton ingot per tahun.
Saat ini, perseroan pun belum dapat memperkirakan target waktu uji coba komersial terhadap proyek-proyek tersebut mengingat pandemi Covid-19 masih berlangsung dan telah menjadi tantangan bisnis lebih lanjut.
Di sisi lain, ZINZ juga memasang kuda-kuda bertahan pada tahun ini untuk menghadapi tantangan bisnis di tengah pandemi Covid-19. Hendra mengatakan realisasi belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini yang semula akan berasal dari kas internal akan ditunda terlebih dahulu.
Untuk diketahui, emiten berkode saham ZINC itu mengalokasikan capex 2020 di kisaran US$60-US$70 juta untuk penambahan infrastruktur, peningkatan kapasitas produksi, dan penambahan alat-alat berat.
“[Realisasi akan tetap berjalan] Kecuali perseroan berhasil mendapatkan sumber pembiayaan lain seperti dari perbankan, yang mana dikarenakan pandemi ini juga menjadi sebuah tantangan,” ujarnya.
Adapun, dalam keterbukaan informasi perseroan di laman Bursa Efek Indonesia, pandemi Covid-19 telah membatasi operasional perseroan yang diperkirakan bertahan lebih dari tiga bulan. Tidak hanya itu, pandemi itu juga telah melemahkan harga global komoditas seng, timbal, dan perak yang dapat menekan kinerja perseroan tahun ini.
Target penjualan yang semula di kisaran US$ 80 juta-US$ 85 juta untuk produk konsentrat seng dan timbal, saat ini telah dipangkas menjadi di kisaran US$50 juta - US$80 juta dan perseroan mengaku masih akan melihat dampak pandemi lebih jauh setelah Juni terhadap target tahun ini.