Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Eropa Rebound 1,5 Persen, Pasar Waspada Tensi AS-China

Indeks Stoxx Europe 600 melonjak 1,5 persen pukul 8.11 pagi waktu London (pukul 14.11 WIB), didorong penguatan saham perusahaan pertambangan dan energi.
Trader melihat monitor di London./Reuters
Trader melihat monitor di London./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa berhasil rebound dan naik tajam pada awal perdagangan hari ini, Jumat (15/5/2020), di tengah meningkatnya tensi Amerika Serikat-China dan kekhawatiran tentang gelombang kedua infeksi virus corona (Covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 melonjak 1,5 persen pukul 8.11 pagi waktu London (pukul 14.11 WIB), didorong penguatan saham perusahaan pertambangan dan energi.

Pada saat yang sama, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,2 persen dan kontrak berjangka indeks S&P 500 AS menguat 0,4 persen.

Pada perdagangan Kamis (14/5/2020), indeks saham acuan S&P 500 ditutup naik tajam 1,15 persen atau 32,50 poin ke level 2.852,50 seiring dengan menguatnya saham perbankan dan energi.

Di pasar komoditas, harga emas di pasar spot naik 0,3 persen ke level US$1.736,06 per troy ounce dan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate melonjak 3,4 persen ke level US$28,49 per barel.

Kontrak berjangka ketiga indeks ekuitas AS mengarah menuju kenaikan pada pembukaan perdagangan nanti pascarilis data yang menunjukkan rebound dalam produksi industri China meskipun penjualan ritel turun lebih dalam dari ekspektasi.

National Burreau of Statistics (NBS) mencatat produksi industri naik 3,9 persen pada April 2020 dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, bangkit dari penurunan 1,1 persen yang tercatat pada Maret.

Sementara itu, investasi aset tetap turun 10,3 persen pada periode Januari-April 2020, lebih rendah dibandingkan periode Januari-Maret yang turun 16,1 persen. Adapun, penjualan ritel turun 7,5 persen, lebih dalam dibandingkan proyeksi penurunan sebesar 6 persen.

Peningkatan aktivitas industri mengisyaratkan bahwa upaya stimulus pemerintah mulai membuahkan hasil, meskipun belum cukup jika dibandingkan dengan negara lain.

"Data ini sejalan dengan tren keseluruhan bahwa pasokan lebih kuat dari permintaan dan pemulihan terutama didorong oleh pasokan," kata Larry Hu, Kepala Ekonom China di Macquarie Group Ltd., seperti dikutip Bloomberg.

Di sisi lain, ketegangan AS-China yang berkobar telah menambah catatan kehati-hatian untuk pasar bulan ini setelah reli tajam mengangkat harga saham di seluruh dunia.

Dalam wawancara dengan Fox Business Network pada Kamis (14/5), Presiden Donald Trump mengatakan dia tidak ingin berbicara dengan Presiden China Xi Jinping untuk saat ini dan berpikir tentang memutuskan hubungan dagang.

Trump juga mengatakan sedang memeriksa perusahaan-perusahaan China yang berdagang di NYSE dan bursa Nasdaq tetapi tidak mengikuti aturan akuntansi AS.

Terkait perkembangan Covid-19, sejumlah negara yang telah menikmati keberhasilan meredakan keganasan virus corona, termasuk Korea Selatan dan China, kini menghadapi peningkatan kasus.

Kondisi itu menggarisbawahi pilihan sulit yang dihadapi para pembuat kebijakan ketika mereka mencoba membangkitkan kembali ekonomi.

Di AS, Texas mencatat peningkatan angka kematian dan kasus baru harian terbesar sejak wabah virus mematikan ini merebak, hanya dua pekan menjelang pembukaan kembali aktivitas perekonomiannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper