Bisnis.com, JAKARTA – Holding Industri Pertambangan MIND ID memperkirakan kinerja beberapa anak usaha ikut terpapar virus corona atau Covid-19.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan dari beberapa komoditas pertambangan yang digawangi oleh perseroan hanya emas yang menunjukkan peningkatan. Di sisi lain, untuk batu bara, nikel dan timah mengalami pelemahan.
Oleh sebab itu, lanjutnya, kinerja induk usaha tambang itu diperkirakan bakal terpapar. “Kinerja tahun ini akan terpengaruh oleh harga komoditas dan kemampuan produksi karena semua terpapar. Kami berharap EBITDA bisa menyamai US$770 pada tahun lalu,” katanya pada Jumat (15/5).
Sebagai informasi, sebelum adanya pandemi Covid-19 MIND ID sempat menargetkan bisa meraup laba bersih hingga Rp2,1 triliun pada 2020. Namun, kali ini Orias belum bisa memaparkan proyeksi tahun ini.
Selain itu, Orias menambahkan perseroan akan mendorong PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Freeport Indonesia untuk menjadi tulang punggung pembiayaan level holding. Menurutnya kedua perseroan mampu untuk memberikan dividen seperti yang diinginkan.
Sementara itu, untuk PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau PT Timah Tbk. (TINS), MIND ID akan didorong untuk melakukan eksplorasi sehingga tambahan cadangan komoditas meningkat. Orias mengatakan keduanya tidak akan dibebankan pembiayaan level holding.
Baca Juga
Dalam jangka tiga tahun MIND ID menargetkan bisa mengurangi rasio utang terhadap EBITDA dari posisi 7,5 kali menjadi 5 kali atau bahkan di bawahnya. Orias menilai dengan tingkat utang di level tersebut artinya perusahaan sudah dalam posisi aman.
“Saat Freeport bagi deviden 70 persen pada 2021, EBITDA kami akan membaik. Namun pembayaran penuh pada 2023 akan membuat leverage kami rendah dan peringkat akan membaik. Rasio ini akan kami turunkan,” katanya.
Pada momen itu, sisa dari global bond yang diterbitkan pada 2018 tersisa sekitar US$1,75 miliar dengan jatuh tempo 2028 dan 2048. Orias yakin perseroan akan memiliki dana yang cukup untuk melunasi utang sebelum jatuh tempo.
“Secara cashflow kami akan dapat sekitar US$4 miliar nanti pada 2024 jika Freeport membagikan dividen,” katanya.
Selain itu, dia juga berharap untuk tidak memberikan deviden tahun ini kepada stakeholders yakni Kementerian BUMN. Menurutnya MIND ID masih berada dalam tahap ekspansi sehingga wajar bila menangguhkan pembayaran dividen.
“Tahun lalu kami bagi sekitar Rp1 triliun, harapan kami memang menangguhkan karena sedang ekspansi. Namun itu tergantung dari pemegang saham,” ungkapnya.
Sebelumnya Analis Senior dan VP Moody’s Nidhi Dhruv menyatakan bahwa outlook negatif yang disematkan merefleksikan proyeksi kinerja operasional Inalum dan anak usahanya akan tertekan pada tahun ini.
“Hal ini terutama disebabkan oleh kontraksi margin yang lebih rendah di tengah pelemahan harga komoditas dan perkiraan lemahnya kapasitas dan ekspansi hilir Inalum,” ujarnya dikutip dari laman resmi Moody’s.
Kinerja keuangan perseroan diperkirakan akan melemah seiring dengan rencana akuisisi 20 persen—25 persen saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO). Aksi korporasi ini diperkirakan akan mengerek utang ke level US$6,5 miliar, dan tingkat leverage meningkat menjadi 8 kali—8,5 kali dari posisi 6,2 kali pada 2019.