Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mencermati Arah dan Peluang Pasar Modal di Tengah Pandemi

Data ekonomi Indonesia tercermin dari pergerakan saham-saham di lantai bursa. Para pelaku pasar cenderung lebih awal melakukan price in sebelum data-data tersebut keluar.
Pengunjung melintasi layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Abdurachman
Pengunjung melintasi layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Dampak Covid-19 yang terjadi pada kuartal I/2020 baik kepada ekonomi secara umum hanyalah gambaran awal dari tantangan yang lebih berat pada periode selanjutnya. Bagaimana pasar finansial akan merespons kondisi ini?

Kepala Riset Ekuitas Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2020 hanya sebesar 2,97 persen. Angka pertumbuhan ini berada di bawah rata-rata konsensus analis yang  memperkirakan ekonomi masih dapat tumbuh di kisaran 3 persen.

Dia menjelaskan kontributor utama produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2020 adalah konsumsi dan pembentukan modal bruto, masing-masing sebesar 58 persen dan 31,8 persen dari GDP. Namun, kedua setor pengeluaran ini juga mengalami koreksi.

“Ternyata kedua dua hal tersebut turun. Hal ini akan terus menjadi perhatian di kuartal kedua, karena memang di kuartal pertama kita hanya merangkum sekitar 2 minggu dampak covid-19 di domestik ekonomi, jadi di April-Mei, kita akan lebih merasakan dampaknya,” katanya, Rabu (13/5/2020).

Sementara itu, beradasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh tiga sektor utama, yakni perkebunan, pengolahan, dan perdagangan besar dan eceran. Dia memperkirakan, ketiga sektor ini, khususnya sektor perdagangan besar dan eceran, akan turun lebih dalam pada kuartal II/2020 seiring dengan menurunnya konsumsi.

Hal ini sudah terlihat dari data pertumbuhan penjualan mobil, alat berat, dan semen yang menurun hingga April. Di sisi lain, penjualan ritel dari PT Ace Hardware Indonesia Tbk. juga menunjukkan tren yang sama.

“Tiga sektor ini yang kami lihat akan turun ke level yang lebih dalam, sepertinya di kuartal II tidak akan bisa mencapai pertumbuhan yang sama dengan kuartal I,” ujarnya.

Meski begitu, dia menilai akan tetap ada sektor-sektor yang mencatatkan pertumbuhan ke depannya. Di antaranya adalah sektor telekomunikasi dan informasi, jasa keuangan, dan kesehatan. Pertumbuhan yang terjadi pada kuartal I/2020 diperkirakan masih akan berlanjut.

Mencermati Arah dan Peluang Pasar Modal di Tengah Pandemi

KINERJA SAHAM

Namun demikian, dia mengatakan bahwa data-data ekonomi tersebut serta merta tercermin dari pergerakan saham-saham di lantai bursa. Menurutnya para pelaku pasar cenderung lebih awal melakukan price in sebelum data-data tersebut keluar.

Hal yang sama juga terjadi seiring dengan penyebaran Covid-19. Menurutnya, investor lebih dulu meninggalkan pasar saham sebelum angka penyebaran wabah itu mencapai level tertinggi. Justru, pada saat penyebaran mencapai level tertinggi, kinerja saham mulai membaik

“Memang market sudah price in duluan, bahkan capai titik terendah sebelum titik tertinggi terjadi, jadi mulai ada support yang lebih nice, kami pikir tidak akan v shape tapi u shape,” jelasnya.

Dia menambahkan dampak Covid-19 dapat terbagi kedalam tiga kuadran risiko, yakni dampak wabah itu secara langsung, depresiasi nilai tukar rupiah, dan tingkat interest coverage atau beban keuangan. Menurutnya saat ini, risiko mulai bergeser pada sisi interest coverage.

Pada risiko Covid-19, dampak buruknya dirasakan hampir oleh semua sektor, kecuali rokok, konsumer, media, poultry, telekomunikasi, dan tower.

Sementara itu, pada risiko depresiasi nilai tukar dampak tertinggi dirasakan oleh sektor farmasi dan otomotif. Sektor perbankan, semen, industrial estate, media, properti, dan poultry terdampak pada level sedang.

Risiko nilai tukar menurutnya sudah relatif berlalu seiring dengan stabilnya nilai tukar rupiah di kisaran Rp15.000 pada saat ini. Risiko kini lebih berat kepada persoalan beban utang. Emiten dengan rasio gearing tinggi seperti konstruksi dan perbankan memiliki risiko paling besar

Dari ketiga kuadran risiko ini, menurutnya saham-saham di sektor rokok, konsumer, dan tower memiliki risiko terendah. Adapun, sektor media, poultry, dan  telekomunikasi berada pada risiko rendah ke menengah.

“Jadi kalau kita melihat sektor-sektor ini boleh dibilang masih cukup resilient. Covid-19 sudah mendekati titikpuncak, USD/IDR juga sudah mulai stabil, sudah berada di risk assestment ketiga, yuang berisiko sekarang adalah sektor dengan high gearing,” jelasnya.

Meski begitu, dengan kecenderungan investor mengambil langkah lebih awal dibandingkan perkembangan data-data ekonomi dan Covid-19, tren pasar modal bisa jadi bergerak ke arah yang tak terduga.

Menurutnya, saat ini investor perlu mencermati saham-saham yang justru akan cenderung mendapatkan angin segar setelah adanya relaksasi kebijakan terkait Covid-19. Salah satunya, apabila saat aturan pembatasan sosial yang membelenggu ekonomi mulai dicabut.

Dia memperkirakan sektor yang memiliki total risiko cukup tinggi seperti ritel sekalipun memiliki peluang tumbuh ke depannya. Hal yang sama juga mungkin saja terjadi pada emiten-emiten di sektor komoditas.

“Sektor mana yang akan benefit duluan? Sektor yang risikonya paling tinggi, contohnya retail, sudah turun 20—30 persen dari sisi earning, tapi nanti saat sudah ada relaksasi, seakan-akan sudah mulai melewati titik terburuknya, harga komoditas juga masih ada harapan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper