Bisnis.com, JAKARTA - Tinginya imbal hasil yang diminta oleh para investor disebut sebagai penyebabnya rendahnya serapan pemerintah dalam lelang surat berharga syariah negara, Selasa (5/5/2020).
Associate Direktur of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan total penawaran yang masuk dalam lelang surat berharga syariah negara (SBSN) masih sesuai dengan prediksi berkisar antara Rp15 triliun—Rp25 triliun.
Kendati demikian, pihaknya berharap penawaran yang masuk dalam lelang sukuk negara bisa berada di atas Rp20 triliun.
Kendati demikian, Nico menyebut jumlah penawaran yang diserap oleh pemerintah tidak terlalu banyak. Hal itu menurutnya akibat permintaan imbal hasl yang tinggi.
“Lagi-lagi tingginya imbal hasil yang diminta menjadi salah satu alasan bagi pemerintah untuk tidak menyerap terlalu banyak. Namun, tidak terlalu buruk total penawaran yang masuk sehingga kami tidak terlalu khawatir,” ujarnya dalam riset harian, Rabu (6/5/2020).
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan penawaran yang masuk dalam lelang SBSN senilai Rp18,11 triliun, pada Selasa (5/5/2020). Dari jumlah itu, pemerintah menyerap senilai Rp5,55 triliun.
Baca Juga
Pemerintah melelang lima seri surat berharga SBSN dengan target indikatif Rp8 triliun. Seri sukuk negara yang dilelang yakni satu surat perbendaharaan negara syariah (SPN-S) dan empat project based sukuk (PBS) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020.
DJPPR mencatat, penawaran terbanyak masuk untuk seri PBS007 yang jatuh tempo pada 15 September 2040. Penawaran untuk seri tersebut mencapai Rp6,28 triliun dengan yield tertinggi yang masuk 9,25 persen dan terendah 8,28 persen.
Penawaran masuk terbesar kedua untuk seri PBS026 yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2024. Jumlah penawaran yang masuk untuk seri itu senilai Rp4,99 triliun dengan yield tertinggi 8,00 persen dan terendah 7,21 persen.
Sementara itu, penawaran yang masuk untuk seri PBS002 yang jatuh tempo 15 Januari 2022 mencapai Rp4,89 triliun. Yield tertinggi yang masuk 7,50 persen dan terendah 6,06 persen.
Untuk memenuhi target indikatif Rp8 triliun, pemerintah menggelar lelang SBSN tambahan atau green shoe option pada, Rabu (6/5/2020). Lelang tambahan itu dapat diikuti oleh Bank Indonesia (BI), lembaga penjamin simpanan (LPS) dan/atau dealer utama yang menyampaikan penawaran dalam pembelian lelang SBSN, Selasa (5/5/2020).