Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda Indonesia (GIAA) Raih Pinjaman Jutaan Dolar AS, Dipakai Buat Apa Ya?

Pinjaman yang diperoleh Garuda Indonesia berasal dari Bank BRI. Pinjaman diberikan dalam tiga fasilitas senilai lebih dari Rp5 triliun.
Pesawat Citilink (atas) saat akan mendarat dan pesawat Garuda Indonesia yang akan lepas landas di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Pesawat Citilink (atas) saat akan mendarat dan pesawat Garuda Indonesia yang akan lepas landas di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, PEKANBARU—Emiten maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. menerima fasilitas pinjaman dari Bank BRI yang akan digunakan untuk modal kerja di tengah bencana pandemi virus corona (Covid-19).

Berdasarkan keterbukaan informasi, pinjaman itu terdiri dari fasilitas pinjaman jangka pendek dengan pokok pinjaman maksimum mencapai US$50 juta dan Rp2 triliun serta fasilitas Bank Garansi (Stand by Letter of Credit/SBLC) senilai US$200 juta.

Bank BRI memberikan jangka waktu pinjaman untuk seluruh fasilitas tersebut pada rentang 30 April — 21 Desember 2020. 

Fuad Rizal, Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Garuda Indonesia, menyampaikan dasar pertimbangan untuk melaksanakan transaksi pinjaman perbankan tersebut lantaran adanya kebutuhan modal kerja perseroan dan anak usahanya yaitu PT Citilink Indonesia.

“Transaksi ini ditujukan untuk modal kerja perseroan termasuk, namun tidak terbatas, pada pembelian bahan bakar, sewa pesawat, dan kegiatan lainnya yang merupakan penunjang usaha utama perseroan,” tulis Fuad, seperti dikutip Rabu (6/5/2020).

Adapun, emiten bersandi saham GIAA tersebut akan menggunakan dana pinjaman untuk menjaga kelancaran penyediaan jasa dan operasional penerbangan selama masa pandemi.

Arus kas GIAA terancam seret setelah sejumlah larangan penerbangan dikeluarkan oleh pemerintah, baik Indonesia maupun negara mitra lainnya.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memproyeksikan masa pemulihan akan berlangsung selama 1 tahun hingga 5 tahun dan dinilai terlalu lama. Tidak dipungkiri pula, setelah pandemi ini berlalu akan ada perubahan perilaku masyarakat terhadap industri aviasi.

Menurutnya masyarakat akan mulai berpikir apakah untuk tetap dapat terbang kembali merupakan hal yang aman atas resiko penularan. Selain itu juga apakah perusahaan penerbangan serius untuk menanggapi soal penularan. 

"Paradigma ini sedang kami pelajari. Kira-kira ke depan apa yang dibutuhkan dan perubahan ke depan pasca Covid-19. Terbang itu soal behavior. Ketika tak bisa mencapaikan situasi itu maka ya 5 tahun mungkin recovery," jelasnya, Selasa (5/5/2020).

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2019, perseroan membukukan laba bersih senilai US$6,98 juta, berbalik untung setelah merugi US$231,15 juta pada 2018.

Total pendapatan usaha perseroan pada 2019, mencapai US$4,57 miliar, ditopang oleh pendapatan penerbangan berjadwal senilai US$3,77 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper