Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Walau Laba United Tractors (UNTR) Terkoreksi, Ini Alasan Analis Rekomendasi Beli Sahamnya

Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menilai kinerja keuangan UNTR cukup baik apabila berkaca kepada realisasi 2019. Pada kuartal IV/2019, earnings per share (EPS) growth sekitar 10 persen hingga 12 persen.
Alat berat merek Komatsu. Istimewa
Alat berat merek Komatsu. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati kinerja keuangan PT United Tractors Tbk. terkoreksi pada kuartal I/2020, sejumlah analis tetap merekomendasikan beli terhadap sahamnya.

Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menilai kinerja keuangan UNTR cukup baik apabila berkaca kepada realisasi 2019. Pada kuartal IV/2019, earnings per share (EPS) growth sekitar 10 persen hingga 12 persen.

“Bisnis batu bara sudah ada tanda-tanda turn around pada kuartal IV/2019 sebelum Covid-19. Penurunan harga sekarang sudah merefleksikan priced in penurunan alat berat namun saya rasa dengan adanya kenaikan harga emas tentunya akan mendongkrak kinerja Martabe,” jelasnya kepada Bisnis.com.

Janson menyebut saham UNTR masih menarik untuk dikoleksi untuk jangka menengah dan panjang. Pihaknya merekomendasikan buy on weakness saham perseroan di level Rp14.500—Rp15.000 dengan target harga Rp19.000.

Pada penutupan perdagangan Senin (27/4/2020), saham UNTR meningkat 1,08 persen atau 175 poin menjadi Rp16.400. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp61,17 triliun, dengan price to earning ratio (PER) 5,41 kali.

Sepanjang tahun berjalan harga sudah terkoreksi 23,81 persen. Namun, dalam sebulan terakhir harga saham UNTR menanjak 5,81 persen.

Dalam publikasi risetnya, Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya juga memertahankan rekomendasi beli terhadap saham UNTR dengan target harga Rp21.700.

Faktor yang dapat menopang kinerja UNTR ialah pertumbuhan penjualan batu bara dan emas. Apalagi, harga emas sedang dalam tren yang menanjak, sehingga menguntungkan perusahaan.

Namun demikian, penurunan harga komoditas dan penjualan alat berat masih membayangi kinerja entitas bisnis pertambangan Grup Astra tersebut.

Andrey pun memprediksi laba bersih UNTR pada 2020 mencapai Rp9,1 triliun, terkoreksi dari 2019 sebesar Rp11,31 triliun dan 2018 senilai Rp11,13 triliun.

Sementara itu, harga komoditas yang lebih rendah pada membuat kinerja operasional sejumlah lini bisnis UNTR tergerus secara tahunan pada kuartal I/2020.

United Tractors merealisasikan volume penjualan alat berat komatsu 617 unit pada Januari 2020—Maret 2020. Realisasi itu turun 47,75 persen dari 1.181 unit pada periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi pangsa penjualan, kontributor terbesar masih berasal dari sektor pertambangan dengan 36 persen pada Januari 2020—Maret 2020. Akan tetapi, kontribusi itu lebih kecil dari periode Januari 2019—Maret 2019 sebanyak 48 persen.

Kontributor terbesar kedua ditempati oleh sektor konstruksi dengan 27 persen. Persentase itu tetap atau sama dengan periode Januari 2019—Maret 2019.

Pertumbuhan kontribusi penjualan dicatatkan oleh sektor kehutanan yang naik dari 13 persen pada Januari 2020—Maret 2020 menjadi 27 persen pada Januari 2020—Maret 2020.

Adapun, sektor perkebunan berkontribusi 10 persen untuk penjualan periode Januari 2020—Maret 2020 atau turun dari 12 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Corporate Secretary United Tractors Sara K. Loebis menjelaskan bahwa penurunan penjualan alat berat karena harga komoditas yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Akibatnya, pembelian alat baru sangat minimal karena kegiatan produksi disesuaikan.

“Nanti kami siapkan outlook baru setelah hasil kuartal I/2020 keluar karena kami harus diskusi juga dengan para customer mengenai strategi mereka,” jelasnya kepada Bisnis.com, Senin (27/4/2020).

Emiten berkode saham UNTR itu melaporkan pendapatan Rp84,4 triliun atau turun 0,2 persen secara tahunan pada 2019. Tercatat, unit usaha mesin konstruksi berkontribusi sebesar 27 persen terhadap total pendapatan perseroan tahun lalu.

Penurunan harga komoditas, lanjut Sara, juga berdampak terhadap produksi batu bara perseroan melalui PT Pamapersada Nusantara (PAMA) pada kuartal I/2020. Tercatat, produksi batu bara PAMA turun dari 30,6 juta ton pada Januari 2019—Maret 2019 menjadi 27,9 juta ton.

Adapun, volume overburden removal (OB) PAMA juga dilaporkan turun dari 234,3 juta bank cubic meter (bcm) menjadi 212,2 juta bcm per Januari 2020—Maret 2020.

“Untuk produksi batu bara, [penurunan karena] kombinasi antara penyesuaian pola kerja dan turunnya harga komoditas. Akan tetapi, volume PT Tuah Turangga Agung tetap naik,” papar Sara.

Tuah Turangga Agung melaporkan volume penjualan 3,18 juta ton pada Januari 2020—Maret 2020. Realisasi itu masih tumbuh dibandingkan dengan 2,54 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

Di sisi lain, UNTR melaporkan volume penjualan emas 95.000 ounces (Oz) pada Januari 2020—Maret 2020 melalui PT Agincourt Resources (PTAR). Posisi itu lebih rendah dari 104.000 Oz periode yang sama tahun lalu.

Sara mengatakan penjualan PTAR memang sudah disesuaikan turun pada 2020. Pasalnya, ekstraksi dilakukan dari lokasi yang lebih dalam.

KINERJA KUARTAL I/2020

United Tractors melaporkan pendapatan Rp18,3 triliun pada kuartal I/2020. Realisasi itu turun 19 persen dibandingkan dengan Rp22,62 triliun periode yang sama tahun lalu.

Pada Januari 2020—Maret 2020, unit usaha kontraktor penambangan yang dijalankan melalui PT Pamapersada Nusantara (PAMA) menjadi kontributor pendapatan perseroan sebesar 45 persen.

Tercatat, PAMA membukukan pendapatan bersih senilai Rp8,2 triliun pada kuartal I/2020 atau turun 14 persen secara year on year (yoy).

PAMA mencatat penurunan volume produksi batu bara dari 30,6 juta ton menjadi 27,9 juta ton, sedangkan volume pekerjaan pemindahan tanah atau overburden removal turun dari 234,3 juta bcm menjadi 212,2 juta bcm.

Selanjutnya, kontributor terbesar kedua penapatan atau sebesar 24 persen emiten berkode saham UNTR itu berasal dari unit usaha mesin konstruksi.

Sampai dengan Maret 2020, volume penjualan alat berat merek Komatsu tsebanyak 617 unit atau turun 48 persen dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 1.181 unit.

Di posisi ketiga, unit usaha pertambangan batu bara perseroan yang dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA) menyumbangkan pendapatan Rp3,4 triliun atau turun 7 persen secara yoy. Manejemen menyebut hal itu dipicu penurunan rerata harga jual batu bara.

TTA menjual 3,2 juta ton batu baru pada kuartal I/2020. Posisi itu naik 25 persen dari 2,5 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, bisnis emas perseroan lewat PT Agincourt Resources mencatatkan penjualan 95.000 ons sampai dengan akhir Maret 2020. Kontribusi lini usaha itu sebesar 11 persen atau Rp2,0 triliun terhadap total pendapatan UNTR.

Adapun, unit usaha industri konstruksi melalui PT Acset Indonusa Tbk. (ACST) berkontribusi 3 persen terhadap total pendapatan konsolidiasian. ACST membukukan pendapatan bersih sebesar Rp475 miliar pada kuartal I/2020 atau turun 41 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Dengan demikian, UNTR membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp1,8 triliun. Pencapaian itu turun 40 persen dari Rp3,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

“Adanya kerugian nilai tukar mata uang asing, membuat laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk [laba bersih Perseroan] turun 40 persen,” tulis Manajemen UNTR dalam keterbukaan informasi, Senin (27/4/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper