Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Picu Kekhawatiran Ekonomi, Bursa India Anjlok

Bursa India melemah pada perdagangan siang ini, Selasa (21/4/2020), bersama bursa saham negara lain di Asia, setelah jatuhnya harga minyak mentah memicu kekhawatiran investor mengenai pertumbuhan domestik.
Gedung National Stock Exchange (NSE) di Mumbai, India./nseindia.com
Gedung National Stock Exchange (NSE) di Mumbai, India./nseindia.com

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa India melemah pada perdagangan siang ini, Selasa (21/4/2020), bersama bursa saham negara lain di Asia, setelah jatuhnya harga minyak mentah memicu kekhawatiran investor mengenai pertumbuhan domestik.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham acuan S&P BSE Sensex anjlok 2,8 persen ke level 30.774,23 pukul 09.59 pagi waktu Mumbai. Indeks NSE Nifty 50 pun anjlok 2,7 persen.

Sebanyak 17 dari 19 sub-indeks sektor, yang dimpun BSE Ltd., melemah, dipimpin indeks perusahaan-perusahaan logam.

Saham Reliance Industries Ltd. yang turun 3,9 persen menjadi penekan terbesar untuk pelemahan Sensex, sementara saham Maruti Suzuki India Ltd. membukukan penurunan terbesar yakni 7,2 persen.

Meski India adalah importir minyak mentah, jatuhnya kontrak harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pada Senin (20/4/2020) di tengah permintaan global yang stagnan telah memperburuk kekhawatiran pertumbuhan ekonomi.

Tak hanya memengaruhi pasar saham India, pasar ekuitas utama di Asia ikut tertekan pada perdagangan ini, dengan indeks MSCI Asia Pacific turun tajam 1,9 persen.

Sementara itu, pemerintah dan bank sentral India tengah berupaya menahan dampak ekonomi dari lockdown nasional, yang diberlakukan demi membendung penyebaran penyakit virus corona (Covid-19), dengan langkah-langkah kebijakan fiskal dan moneter.

Sebagian produsen perangkat keras teknologi informasi di India, petani dan industri di daerah pedesaan, memulai kembali operasi mereka dari hari Senin meskipun lockdown diperpanjang hingga 3 Mei 2020.

“Upaya-upaya untuk mendorong ekonomi begitu lockdown dicabut dapat menimbulkan akibat karena kurangnya karyawan dan permintaan bisa menghancurkan aktivitas industri,” tulis analis di Motilal Oswal Financial Services Ltd., seperti dilansir dari Bloomberg.

India telah mencatat 18.539 kasus, di antaranya 592 orang meninggal dunia, akibat krisis kesehatan global tersebut, menurut data yang dihimpun Johns Hopkins University.

Di sisi korporasi, Infosys Ltd. pada Senin (20/4) menahan diri untuk menyampaikan proyeksi pendapatan full year. Penyedia jasa konsultasi teknologi informasi ini bergabung dengan sederet perusahaan yang harus bergulat untuk mengevaluasi dampak dari pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper